Setelah menentukan visi misi, biasanya para wirausaha pemula juga akan dipusingkan dengan urusan keuangan. Oke, anggap penjualan lagi naik, ,hati bisa tenang. Tapi tahu sendiri kan bahwa menjalankan usaha itu tidak seperti bermain film yang sudah bisa kita tentukan ending-nya dalam skenario.
Sebagus-bagusnya rencana yang dibuat, pasti ada saja celah untuk gagal atau meleset. Di tengah kondisi ketidakpastian, tentu banyak hal yang akan berpengaruh terhadap performa usaha kita. Gimana kalau penjualan turun, tapi gaji dan beban-beban lain tetap harus dibayar?
Salah satu fondasi yang akan menentukan masa depan usaha sekaligus bisa dipertanggungjawabkan tentu saja kondisi arus kas di laporan keuangan. Seberapa sehatkah arus kas sehingga usaha yang dijalankan mampu berkembang? Maka, gak asing kan dengan jargon, cash is a king, profit is a queen. Hal ini pula yang banyak dianut perusahaan-perusahaan start up yang masih terus bakar duit dan tetap eksis, meski untung belum diraih. Kas mereka buanyaak banget 😀
Ketika arus kas positif, maka perusahaan akan memiliki sisa uang untuk diinvestasikan ke bisnis itu sendiri lewat capital expenditure (capex). Sedangkan, jika arus kas negatif , maka perusahaan akan sulit bertahan dan tidak mampu membantu perkembangan bisnis. Maka, penting bagi manajemen untuk menghitung berapa persen capex yang disisihkan dari jumlah pendapatan. Seberapa banyak hasil penjualan diinvestasikan kembali untuk perkembangan usaha, entah itu produk, riset, atau pegawai?
Salah satu upaya untuk mengelola agar arus kas ini tetap positif tentu saja dengan mempekerjakan orang yang tepat, di mana mampu memprediksi arus kas di masa depan serta otak atik tiap elemen dalam laporan keuangan. Orang itu biasa kita sebut dengan Chief Financial Officer (CFO). Perlu diketahui, bahwa akuntan dan keuangan itu punya keahlian berbeda, lantaran orang keuangan lebih banyak mengurus strategi dibanding pencatatan transaksi.
Lalu, apa untungnya kalau kita mempekerjakan seorang CFO?
1. Fokus pada manajemen kas
Apa pun industrinya, memiliki seorang CFO atau manajer keuangan yang memahami arus kas di masa depan tentunya akan sangat membantu. Pertimbangkan untuk mempekerjakan seorang CFO yang tahu bagaimana arus kas pemasukan dan pengeluaran, termasuk prediksi 12 bulan ke depan tentang capital expenditure. Seorang CFO juga bisa fokus pada piutang maupun utang yang menjadi hak serta kewajiban perusahaan. Dengan melakukan monitoring berkala, setiap per dua minggu sekali, tentunya akan berdampak signifikan bagi kesehatan perusahaan secara menyeluruh.
2. Menentukan struktur modal optimal
Selain lewat pendanaan dan investasi, salah satu sumber kas usaha lainnya adalah dari operasional. Namun, sumber kas dari operasional ini terkadang lebih rendah dari ekspektasi lantaran pemilik juga harus membayar bunga pinjaman (jika punya utang di lembaga keuangan). Jika perusahaan tidak memiliki pendapatan usaha yang cukup untuk membayar cicilan pinjaman, maka ke depan akan semakin sulit bagi perusahaan untuk mengajukan pnjaman kembali. Maka itu, menyusun kembali struktur utang dan modal perusahaan dapat menguntungkan jikalau ingin mengajukan pinjaman di masa datang.
3. Mengelola pengeluaran modal secara efektif
Jika perusahaan sudah mampu menghasilkan pendapatan stabil, maka tugas tim manajemen berikutnya adalah menentukan persentase dari pendapatan tersebut untuk alokasi capital expenditure (capex). Jika rasio pendapatan dan capex hanya sekitar 5-10 persen, mungkin perusahaan bisa mengevaluasi pengeluaran mana saja yang harus ditunda lebih dulu hingga tahun depan. Berinvestasi kembali di bisnis memang penting untuk perkembangan ke depan, namun penting juga untuk melihat kondisi kas. Jangan sampai melakukan investasi berlebihan, hingga kekurangan kas untuk kegiatan yang lebih pokok.
==
Mengelola kas usaha memang jadi tantangan bagi banyak usaha kecil. Namun, dengan mempekerjakan CFO yang tepat, sangat memungkinkan pertumbuhan usaha bisa berjalan optimal dan sehat.
Diolah dari blog americanexpress
Leave a Reply