ceo

Perusahaan Ini Tawarkan Posisi “CEO” untuk Kelliling Jepang dan Islandia Gratis

ceo
sumber: delish

Kesan pertama ketika mendengar seseorang yang memiliki jabatan CEO, mungkin adalah penampilan formil dengan gaya hidup mentereng. Ya, posisi direktur eksekutif dalam sebuah perusahaan memang bukan hal baru.

Namun, seiring perkembangan zaman dan kreativitas para individunya, makin banyak perusahaan start up yang menyelipkan posisi-posisi baru demi menjawab tantangan masa kini. Misalnya saja, posisi UX researcher atau “CEO” (Cultural Exploration Officer) yang mulai banyak dicari perusahaan start up.

Bahkan, Google sebagai perusahaan raksasa internet dunia di mana banyak diisi oleh individu kreatif mampu melahirkan posisi baru yang mungkin terdengar aneh. Misalnya, Jolly Good Fellow di mana orang yang memegang jabatan itu, bisa membuat sendiri job description-nya.

Chade-Meng Tan, seorang insinyur dan mantan karyawan Google ini benar-benar menulis posisi Jolly Good Fellow (Which nobody can deny) di kartu namanya. Ia mengatakan, bahwa tugasnya adalah menciptakan kondisi bahagia dan dunia yang damai (Search Inside Yourself).

Noken, adalah sebuah start up aplikasi kurasi perjalanan yang berbasis di New York. Perusahaan ini merekrut seorang “CEO” (Cultural Exploration Officer) untuk bepergian ke Jepang, Islandia, dan Portugal secara gratis demi menulis konten tentang pengalaman perjalanan mereka. Para “CEO” ini juga diminta keluar dari zona nyaman untuk pergi ke tempat baru dan mempelajari tentang budaya lain.

Ketika seorang CEO sudah direkrut, mereka akan melakukan satu kali perjalanan dalam setahun menggunakan aplikasi pengawal Noken. Mereka juga diwajibkan membuat konten yang akan dibagikan ke seluruh kanal media sosial Noken dan menulis 3 postingan blog tentang pengalaman budaya negara lain. Asyik banget yah?

Nah, untuk bisa menjadi kandidat yang dipertimbangkan, para pelamar wajib berusia minimal 21 tahun, memilki paspor AS, punya fleksibilitas waktu untuk bepergian, mampu menghasilkan foto yang menawan, dan tentu saja punya jiwa traveling serta memiliki keingintahuan besar terhadap budaya baru.

Meski berbasis di New York, Noken tidak membatasi asal negara si pelamar. Bagi yang berminat, calon pelamar bisa mengenalkan diri dari masing-masing negara asalnya. Mereka juga harus memposting 5 foto terkait pemandangan kota dan komunitas lokal yang ditinggali. Jepretan foto-foto tersebut bisa diunggah di Instagram dengan format carousel, lalu tag akun @noken dan jelaskan kenapa kamu harus menjadi CEO Noken berikutnya. Jangan lupa tambahkan hashtag #NokenCEO.

ceo
sumber: insider

Di luar perusahaan aplikasi perjalanan, jabatan yang fokus pada budaya di organisasi memang tengah mengalami popularitas signifikan. Dengan title Chief Cultural Officer, tugas mereka adalah membangun budaya kuat, khususnya demi memenuhi kebutuhan bisnis dan karyawan.

Tak dimungkiri, semakin banyak organisasi yang menyadari pentingnya budaya dan perannya dalam menciptakan kualitas pengalaman bagi karyawan maupun konsumen. Bahkan, beberapa studi menunjukkan, bahwa terdapat koneksi yang jelas antara budaya dan aspek penting perusahaan, seperti reputasi, performa finansial, serta sikap mental karyawan.

Dikutip dari Forbes, misalnya, perusahaan jasa email marketing MailChimp yang menggunakan gaya kolaborasi antara Chief Culture Officer yang fokus pada layanan SDM perusahaan serta Chief Customer Officer yang lebih fokus pada layanan pelanggan dan pemasaran mampu menciptakan kekuatan baru perusahaan. Kolaborasi yang ciamik itu akhirnya membantu perusahaan untuk mendapat rating terbaik dari para karyawan (sumber: Glassdoor), serta ulasan yang positif dari pelanggan.

Mengapa mengakomodasi budaya begitu penting bagi organisasi? Karena budaya adalah akar dari pengalaman. Budaya mampu mendorong, dan membantu karyawan untuk memimpin layanan prima bagi konsumen serta membantu mereka mendapat pengalaman terbaik. Dan, tentunya hal ini sejalan dengan konsep seorang praktisi pemasaran Hermawan Kertajaya tentang era Marketing 4.0. Sebuah era di mana produk dan pelanggan tidak lagi menjadi fokus satu-satunya, melainkan mengedepankan kombinasi antara human spirit dan teknologi.

 

Diolah dari Forbes/TravelandLeisure

Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!