anthony bourdain

Anthony Bourdain Menyatukan Dunia Lewat Sepiring Makanan

Seorang antropolog dan peneliti Liz Lewis, PhD dalam twitnya pun mengakui, jika Anthony Bourdain sukses membawa antropologi ke ranah publik lebih dari yang belum diselesaikan kebanyakan generasi akademisi selama ini.

Seperti yang kita tahu, Anthony Bourdain yang dikenal sebagai koki selebriti, penulis, dan bintang televisi ini telah meninggal dunia akibat bunuh diri di sebuah kamar hotel mewah di Prancis beberapa waktu lalu. Keberadaannya di Prancis saat itu dalam rangka melakukan sebuah syuting seri televisi CNN, Parts Unknown yang telah mengudara sejak tahun 2013 lalu. Siapa sangka, jika pria berusia 61 tahun tersebut harus ditemukan sudah tak bernyawa lagi?

Bourdain merupakan legenda dalam dunia makanan, minuman, dan perjalanan. Tumbuh dalam lingkungan yang keras di Massachusettes, New York di era 1970-1980-an, pria yang dekat dengan mantan Presiden Obama ini sempat menjadi pecandu obat-obatan terlarang. Popularitasnya mulai menanjak di tahun 2000-an, kala ia merilis sebuah buku memoir bertajuk  “Kitchen Confidential: Adventures in the Culinary Underbelly yang mengangkat tema masakan berkelas di belakang layar.

Dalam buku itu, ia bahkan juga menuliskan secara terbuka pengalaman kelam di masa lalu akibat penyalagunaan narkoba, seperti kokain, heroin, dan LSD. Lewat dua acara televisi unggulannya, No Reservations dan Parts Unknown, Bourdain berkeliling dunia demi menunjukkan sebuah pendekatan baru memotret berbagai negara dan kekhasan budayanya lewat sepiring makanan. Bahkan, ia dan kru televisi sempat mengunjungi lokasi-lokasi berbahaya dan rawan konflik, seperti Libya, Lebanon, dan Gaza demi mencicip hidangan eksotis.

 

anthony bourdain
sumber: cnn

Bourdain juga diketahui pernah beberapa kali mengunjungi Indonesia bersama tim Parts Unknown mencicipi aneka hidangan khas Tanah Air, dari mulai masakan Minang, nasi rames yang dijual pedagang kaki lima di Garut, surabi di kawasan wisata Telaga Sampireun, hingga babi guling dan bebek goreng di Ubud, Bali (sumber: kompas).

Banyak para penulis makanan maupun perjalanan yang terinspirasi dengan pendekatan Bourdain tersebut. Ia mengajarkan kita mengeksplor dunia, memaknai kesamaan sekaligus perbedaan lewat kaca mata apa yang kita makan.

Berdasarkan sebuah testimoni di etnography.com, Bourdain telah memulai sesuatu di mana para akademisi antropologi tidak dilatih untuk melakukannya. Para antropolog dilatih tidak untuk menjadi Indiana Jones, atau traveler penikmati seni untuk hiburan, mereka adalah ilmuwan!

Namun, Bourdain tidak mengklaim diri sebagai apa pun, selain sebagai seorang antusias, chef dan penulis yang menggali makanan, dan orang-orang di baliknya. Ia juga tidak memulai dari pola pikir ilmiah yang rumit, ia hanya memulai “di mana saya bisa berbagi makanan, minuman, dan tawa dengan orang-orang?”

“Cintanya pada petualangan, teman-teman baru, makanan dan minuman yang meninggalkan cerita berkesan dari ragam belahan dunia, tentunya menjadikan dia sebagai storyteller unik,”menurut CNN.

Selamat jalan Bourdain……

Vinepair/Cnn/etnography

Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!