Buat calon mahasiswa ilmu marketing atau yang mau mulai usaha wajib tahu nih 🙂 bahwa ternyata dalam perjalanan 100 tahun terakhir, ilmu marketing telah mengalami banyak perubahan dan dinamika sejak zaman Romawi kuno. Para gladiator yang sukses ternyata pernah menerima bayaran untuk memakai dan mengiklankan produk di saat semua orang hanya tahu teknik jualan.
Nah, sebetulnya bedanya marketing dan jualan itu apa ya? Berikut adalah penjelasan dari ahli pemasaran dan pengusaha Seth Godin di mana marketing adalah cara menyebarkan cerita dan ide, sedangkan jualan adalah mengantisipasi penolakan dan meyakinkan audiens untuk berkata “ya”.
Kalau anda tidak memiliki tenaga penjual, lantas siapa yang akan melakukannnya untuk anda? Satu-satunya jawaban bagi Seth Godin adalah pelanggan, pembeli, dan fans anda. Mudah diucapkan, tapi sulit dijalani 😉
Berikut adalah perkembangan besar dalam sejarah ide pemasaran selama lebih dari 100 tahun;
Sebelum tahun 1900
Sejak produk dibuat dalam jumlah kecil, menggunakan tangan, pemasaran biasa dilakukan lewat getok tular, rekomendasi, dan influencer marketing. Begitu lahir konsep produksi massal, lalu menjadi sebuah kebutuhan untuk menjual lebih dan lebih produk, dan di sinilah ilmu pemasaran yang kita tahu juga lahir.
Di awal 1900-an
Tahun 1904, University of Pennsylvania menawarkan kursus bertajuk “The Marketing of Products” dan istilah “marketing” secara resmi lahir. Pada waktu itu, kalangan industri fokus untuk meningkatkan produksi, dan marketing saat itu lebih dari sekedar efisien untuk mendistribusikan produk.
“They can have any color they want… as long as it’s black.” – Henry Ford, Ford Motor Company
Marketing saat itu fokus pada mendorong apa yang diproduksi, selama produk itu masih tetap laku terjual.
1930
Kelahiran radio tahun 1920-an meningkatkan jangkauan para pengiklan, dan ide pemasaran mulai menemui jalannya sejak masuknyaera teknologi. Depresi besar-besaran yang terjadi membawa konsekuensi berhentinya produksi massal, dan perusahaan harus fokus pada menjual stok yang ada. Ternyata, penjualan tidak semudah yang dibayangkan, mereka pun harus mempekerjakan profesional.
1950
Masuknya TV di tahun 1941 dan peningkatkan penggunaan telepon antara tahun 1940-1950, menjadi persemaian untuk ide-ide pemasaran. Para pemasar profesional juga mulai mencari jalan untuk mengkapitalisasi teknologi komunikasi baru untuk sepaham dengan konsumen, di era ini pula konsep marketing alias marketing mix lahir.
1970
Era 1970-an menjadi waktu yang penting untuk pengembangan ide marketing, dan menandai kelahiran synergy marketing. Sinergi didefinisikan sebagai interaksi antar elemen-elemen yang menghasilkan efek lebih besar dibanding gabungan elemen individu. Contoh synergy marketing di era itu, adalah DisneyXMcDonald.
Ketika film animasi Disney dirilis, McDonald menawarkan mainan karakter film itu dalam menu Happy Meal, Taman Disney menciptakan karakter yang berhubungan dengan film, dan film mencantumkan nama McDonald.
“The two most important requirements for major success are: first, being in the right place at the right time, and second, doing something about it.” – Ray Kroc, founder of McDonald’s
Cara ini masih digunakan oleh banyak brand hingga kini, karena dengan strategi kolaborasi, kedua belah pihak sama-sama mendapat exposure imbang yang diiringi peningkatan jualan signifikan, dibanding mereka beriklan sendiri-sendiri.
1980
Marketing mulai masuk ranah personal di tahun 1980-an, ketika para ahli di lapangan melihat penjualan berbanding lurus dengan membangun hubungan dengan pelanggan. Istilah CRM (customer relationship management), menjadi alat kuat pemasaran, di mana interaksi dengan konsumen potensial diikuti dengan yang dinamakan “the customer lifecycle” dari cold prospect hingga menjadi pembeli.
Istilah “guerilla marketing”, di mana menggunakan banyak tangan untuk mempromosikan produk atau jasa dengan sedikit anggaran.
“The road to profitability is paved with credibility. Credibility is something you earn by how you market, where you market, how you treat people, how you act, and your overall level of professionalism. Away from the business arena, the term is street cred, and it’s the road to respect.” – Jay Conrad Levinson, author of Guerrilla Marketing
1990
Kemunculan internet mengubah dunia, dan para pemasar profesional tak mau ketinggalan untuk mencoba ide baru pemasaran di medium baru ini. Istilah semacam digital advertising strategy pun muncul, fungsi internet dinilai sama dengan brosur cetak, bahkan cenderung lebih efisien. Di masa ini pula, lahir istilah SEO yang berupaya merangking produk atau jasa di laman pertama situs pencarian Google atau Yahoo.
2000
Di era millenium, menjadi titik pencapaian besar ilmu pemasaran, Myspace dan kelahiran sosial media. Internet menjadi kian personal, dan pelanggan memiliki akses terhadap informasi dan komunikasi di mana sebelumnya tidak pernah terjadi. Para profesional pemasaran pun mengubah strategi dan pendekatan untuk menggaet para pelanggan di era baru ini.
2010 – sekarang
Era ini lahir yang namanya inbound marketing, di mana perusahaan bisa berperan sebagai content creator yang sesuai dengan kebutuhan target pasarnya. Dengan cara ini juga, biaya iklan dan akuisisi pelanggan makin rendah dan efisien sebagai kebalikan dari outbound marketing yang fokus pada iklan di media konvensional, seperti TV dan cetak.
“People do not buy goods & services. They buy relations, stories & magic.” – Seth Godin
Dengan perkembangan sosial media, setiap saat dan waktu tanpa henti, semua orang bisa melakukan komunikasi dan publikasi personal. Semua orang juga bisa menjadi influencer secara online di mana komunikasi terbangun dua arah.
Thebridgesstrategies.com
Leave a Reply