Belakangan terakhir, cabang baru dari istilah entrepreneurship yang dinamakan sociopreneurship semakin naik daun. Kini banyak bermunculan wirausaha baru yang tak hanya sekedar mengejar laba semata, melainkan juga ingin ikut berpartisipasi sebagai agen sosial demi menuntaskan persoalan sosial di sekitar.
Para pelakunya, sociopreneur bisa dibilang adalah orang-orang yang memiliki kesadaran dan komitmen untuk mengatasi permasalahan sosial dengan menerapkan prinsip seperti, kreativitas, inovasi, dan eksperimen yang lekat dengan dunia entrepreneurship itu sendiri.
Lambat laun, aspek ekonomi dan sosial memang sudah tak dapat dipisahkan lagi, begitu pun peran bisnis di era partisipasi sekarang ini. Bisnis atau brand yang mampu menjadi penggerak dan menawarkan solusi dengan melibatkan komunitas dan masyarakat tentunya akan punya posisi tersendiri. Bukan hanya sekedar CSR, tetapi misi yang benar-benar konsisten dan berkelanjutan.
Salah satu bentuk usaha berkelanjutan yang sukses dan memiliki dampak pemberdayaan sosial masyarakat adalah Grameen Bank yang dicetuskan oleh seorang ekonom Muhammad Yunus. Berawal dari gagasan bahwa orang miskin pada dasarnya memiliki kemampuan, Bank Grameen tumbuh menjadi organisasi kredit mikro yang memberi pinjaman kecil bagi masyarakat tak mampu tanpa agunan di Bangladesh sejak tahun 1997 lalu.
Lalu, siapa lagi kira-kira para sociopreneur yang bisa jadi inspirasi buat kita semua?
Neil Grimmer (Plum Organics)
President dan pendiri Plum Organics , Neil Grimmer mengatakan, anak-anak di Amerika tidak kekurangan kalori, tapi mereka kekurangan makanan. Menurut Neil, perusahaan yang didirikannya akan berkontribusi bagi bank makanan karena ada sekitar 16 juta anak tidak memiliki akses secara konsisten ke makanan bergizi. Perusahaannya juga turut menyediakan jutaan makanan per tahunnya dan telah mendonasikan hingga 3,6 juta ton makanan.
Amory B Lovins (Rocky Mountain Institute)
Menurut pendiri Rocky Mountain Institute ini, dunia dapat menghemat 5 triliun dolar per tahun dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Amory B Lovins yang namanya masuk dalam “100 Most Influential People” ini menjelaskan bagaimana menggunakan teknologi masa kini, industri automobile dapat berpindah ke material yang lebih canggih dan ringan untuk mengurangi konsumsi baterai lebih dari 50 persen. Begitu pula, teknologi transportasi komersil yang bisa menciptakan truk, bis, dan pesawat bisa 3 kali lipat lebih efisien dibandingkan standar saat ini.
Adnan Durani (American Halal/Saffron Road)
Bagaimana sebuah keyakinan dan nilai personal mampu mendorong pada kesuksesan berwirausaha? Adnan Durani pendiri American Halal/Saffron Road telah membuktikannya. Ia khusus menjual produk makanan yang berserfikat halal. Strateginya tersebut dibangun atas dasar kepercayaan umat Muslim dan keinginan untuk menyediakan makanan yang sehat dan menghadirkan keadilan sosial. Perusahaannya bahkan menjadi produsen makanan halal di AS dan melaporkan bahwa 70 persen pelanggannya bukan Muslim.
Eileen Fisher (Eileen Fisher Inc.)
Jangan hanya menjadi desainer, tapi jadilah desainer yang punya misi. Itulah pesan yang disampaikan Eileen Fisher yang sukses mendirikan perusahaan dengan memanfaatkan bahan-bahan organik dan mempekerjakan pegawainya dengan gaji layak. Bahkan tim desain di perusahaannya pun pernah berkata “Dulu saya desainer, sekarang saya adalah desainer yang mengemban misi.” Ia pun turut bangga bahwa para individu dan perusahaannya dapat berpindah dari sekedar melakukan produksi menjadi produksi dengan tujuan.
Bonny Meyer (Thrive Napa Valley)
Tidak semua investasi yang berdampak sosial berhasil. Meski, banyak proyeknya yang berbasis misi sosial gagal dijalankan, seorang filantropis dan investor Bonny Meyer terus melanjutkan misinya. Lalu, ia bermitra dengan Bob Masaro CEO Thriving Communities untuk mendirikan Thrive Napa Valley yang bertujuan mendorong para penghuni desa Napa di daerah San Fransisco, California menjadi lebih terkoneksi dengan komunitas lainnya serta menciptakan atmosfer pedesaan yang hijau dan ramah lingkungan.
Forbes
Leave a Reply