Beberapa tahun lalu, mungkin kita jarang mendengar istilah “podcast”, namun sekarang episode program berupa rekaman asli audio atau video ini menjadi begitu populer. Tak heran, jika podcast marketing menjadi salah satu cara baru bagi brand dan korporasi untuk menyampaikan pesan mereka ke banyak orang. Kenapa? Angka memang tidak bohong.
Di Amerika saja, tercatat hampir sebanyak 125 juta pendengar podcast, di mana semakin menegaskan kian banyak orang yang mengisi waktu luang mereka untuk mengonsumsi konten edukasi atau hiburan. Tak terkecuali, fenomena ini juga turut berkembang di negeri kita. Podcast marketing akhirnya menantang banyak brand untuk menjadi lebih manusiawi dibanding hanya mengusung agenda penjualan semata.
Dengan semakin mudahnya akses komunikasi lewat teknologi, tentu saja makin banyak influencer, artis, atau bahkan orang biasa yang berlomba-lomba membuat podcast. Di lain pihak, ada tantangan bagaimana bisa membuat konten kita menonjol di antara makin banjirnya konten?
Di tengah dominasi solo podcaster atau para entrepreneur, banyak brand yang menghadapi tantangan tak mudah. Bagaimana pun juga, mereka punya agenda yang jelas yakni jualan, sementara podcast sendiri merupakan aktivitas yang intim dan personal. Ini jelas mendatangkan dilema. Jika kita tak memiliki passion untuk terhubung dengan audiens, maka aktivitas podcast akan menjadi berat.
Coba simak beberapa tips berikut dirangkum dari contentmarketingisntitute:
1. Audiens “belum” mendengar
Untuk poin pertama, ini semacam kesalahan logika, “kalau saya bikin, mereka akan datang” atau “kami ini brand besar. Kalau kita bikin podcast, semua pelanggan kita akan mendengarkan”. Membuat podcast, bisa menjadi keputusan strategis, atau kadang hanya FOMO alias sekedar “ikut-ikut” kompetitor.
Oke, setop dulu. Banyak terjadi “kesenjangan” ekspektasi di sini, karena mereka banyak menggunakan iklan dan media berbayar untuk menjangkau audiens. Kita tahu banyak kanal yang berhasil kita gunakan, dan berasumsi yang sama pada podcasting.
Fakta:
- Menurut publisher podcast Libsyn, angka rata-rata download per episode adalah 1622. Kelihatan bagus, tapi rerata tersebut bisa berkurang. Jika diambil hitungan median, maka sebetulnya hanya ada 140 download, artinya sebanyak 50% episode podcast didownload kurang dari 140.
- Konten kita hanya satu di antara ribuan kerumunan konten di dunia digital
- Kita tak bisa hanya sekedar bikin dan berharap menang, kecuali punya pengikut global, semacam Bill Gates, Oprah, Ellen atau kalau di dalam negeri seperti Deddy Corbuzier dan Najwa Shihab.
Pendekatan terbaik:
- Investasikan podcast untuk jangka panjang. Di awal, mungkin agak terasa lamban, tapi seiring berjalan waktu biasanya akan naik perlahan.
- Selain tahap perencanaan dan produksi, konten yang viral juga biasanya didukung oleh promosi yang konsisten. Gunakan ragam kanal, termasuk iklan berbayar untuk mempromosikan konten tersebut. Land and expand!
2. Podcast bukan sekedar kanal
Di level makro, podcast merupakan tempat terbaik untuk berdiskusi dengan tim markom. Tapi, ini bukanlah kanal untuk menjalankan prioritas jangka pendek atas sebuah kampanye. Podcast bisa menjadi konten brand yang berharga, di mana memiliki kanal media sendiri artinya membutuhkan komitmen jangka panjang. Konten kita butuh fokus dan atensi. Tak ketinggalan, perencanaan ide, analisa performa, hingga riset audiens.
Fakta:
Sebuah podcast perlu taktik untuk mengamplifikasi pesan dan menyampaikan cerita.
Pendekatan terbaik:
- Pikirkan engagement jangka panjang. Luncurkan konten jauh sebelum kampanye besar, sehingga pasar lebih siap.
- Pikirkan bagaimana konten sebuah podcast bisa mengamplifikasi narasi brand sendiri? Misalnya, jika kita menjual produk elektronik, konten bisa berfokus pada tips membuat hidup lebih simpel.
- Buat keputusan tepat: Jika kita butuh hasil cepat dan masif untuk kampanye, maka gunakan iklan berbayar. Jika kita mau membangun hubungan jangka panjang, obrolan menyenangkan dengan audiens yang menggiring pada kepercayaan atau referensi bisnis, maka buat podcast.
3. Podcast tidak mudah dan murah
Satu hal yang perlu diingat dan kerap menjadi pertimbangan banyak brand marketer adalah membuat konten yang keren dan konsisten membutuhkan waktu dan uang tak sedikit. Misalnya saja, proses merekam podcast biasanya memakan waktu dan usaha lebih sedikit dibanding membuat video.
Ya, selain waktu kita juga harus investasi pada riset pra produksi, menyiapkan tamu dan host, melakukan editing, hingga mempromosikan konten tersebut. Brand publishing selalu memakan waktu dan upaya. Belum lagi, divisi ini membutuhkan tim tersendiri yang otomatis akan menambah biaya (fee) tenaga kerja.
4. Pikirkan kualitas, bukan kuantitas
Statistik soal industri podcast memang agak sulit ditemukan, mungkin karena agregator seperti Apple tidak pernah merilis data informasi yang memadai dan bisa diterima secara global. Mereka hanya mengatakan, punya 1 juta podcast yang bisa dipilih audiens.
Sedangkan, sebuah situs yang memonitor performa aplikasi podcast, seperti Apple podcast, Spotify, dan Stitcher melaporkan, mereka memiliki lebih dari 736 ribu podcast di database dengan total episode gabungan sebanyak 35.375.50o episode.
Sebagai catatan, rata-rata waktu luang manusia sebanyak 700 ribu jam, jadi lebih banyak konten podcast yang tersedia sebetulnya dibandingkan eksistensi manusia itu sendiri. Lebih banyak konten, lebih sering, dan lebih banyak kanal. Kini, semua tentang kualitas, bukan kuantiti.
Leave a Reply