Seorang fisikawan asal Amerika Serikat (AS) Richard Feynman pernah bilang “If you want to learn something well, EXPLAIN IT”. Nah, maka dari itu setiap kali saya menonton video atau membaca buku/artikel/postingan, jika memang temanya menarik, maka saya selalu berusaha untuk menuliskan kembali. Bukan bermaksud untuk “ngajarin” orang sih, tapi supaya apa yang saya baca/dengar/tonton bisa sedikit lebih meresap ke kepala hehe….
Kali ini masuk topik bahasan yang “rada-rada”, tapi sebetulnya penting banget untuk dipahami para advertiser online yaitu tentang strategi bidding di Facebook ads. Meski, menjadi salah satu platform idaman untuk beriklan, nyatanya banyak advertiser mengeluh mengenai stabilitas biaya saat ingin menambah anggaran beriklan (scale up).
Kalau menurut praktisi Army Alghifari, semakin tinggi anggaran beriklan di Facebook, maka akan semakin turun kualitas audience-nya, yang berakibat kenaikan cost per mile (CPM) atau biaya jangkauan.
Jika kita kerap mengalami masalah mempertahankan biaya yang stabil saat menaikkan anggaran, strategi bid (tawaran) manual ke Facebook boleh jadi membantu. Jika masih keukeuh juga menggunakan automatic bidding, maka ketika tidak terjadi penjualan sesuai target, tentu saja para advertiser akan merugi alias boncos.
Nah, makanya para advertiser yang berani beriklan dengan anggaran puluhan bahkan ratusan juta per bulan, mereka bisa tenang-tenang saja tidak merugi karena menggunakan manual bidding untuk memaksimalkan hasil.
Apa sebenarnya strategi bid?
Facebook membagi iklan berdasarkan format penawaran. Artinya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pembeli akan tergantung sebagian pada tawaran yang kita gunakan. Pada banyak kasus, Facebook mengotomatisasi tawaran (opsi default alias automatic bidding).
Namun, para advertiser juga dapat memilih penawaran manual sebagai upaya untuk mengontrol biaya yang dikeluarkan. Tujuan utama manual bidding intinya adalah biaya per hasil (konversi) bisa diturunkan.
Pada dasarnya, Facebook menawarkan dua strategi penawaran yang dapat membantu para advertiser meraih biaya yang stabil, yakni “lowest cost” (default), dan “target cost”. Kedua opsi ini tentu saja memiliki performa yang berbeda.
Strategi Lowest cost
Facebook mendesain strategi lowest cost atau lebih dikenal “automatic bidding” untuk membuat advertiser mendapat harga yang pantas saat optimasi.
Keuntungan? Pertama, strategi “lowest cost” adalah efisiensi. Facebook berupaya agar pengiklan mendapat harga semurah mungkin per event dalam jangka pendek. Di sini, para advertiser membiarkan Facebook yang mengelola anggaran.
Kelemahan? Strategi dalam meraih biaya terendah mungkin hanya jangka pendek. Hasilnya bisa saja tidak stabil ketika advertiser ingin menambah anggaran atau terjadi peningkatan kompetisi.
Set bid cap? Para advertiser juga dapat mengontrol seberapa ingin Facebook menghabiskan anggaran untuk tiap event ketika menggunakan strategi lowest cost bid. Dengan begitu, Facebook akan berupaya menggunakan anggaran seminim mungkin dan mencegah kelebihan pengeluaran saat beriklan. Misalnya, kamu ingin beriklan di mana tiap konversi dihargai tidak lebih dari 2 dolar, maka Facebook tidak akan memakai anggaran lebih dari 2 dolar atau lebih.
Bagaimana cara set bid cap? Facebook merekomendasikan menggunakan biaya rata-rata per hasil dari kampanye sebelumnya sebagai awalan. Kedua, pastikan mempertimbangkan berapa yang bisa kita bayar per event (maksimum-nya), ketika mendapat profit. Terakhir, Facebook merekomendasikan anggaran harian minimal 5 kali lebih tinggi dibanding tawaran kita. Hal ini karena Facebook butuh paling tidak 50 events (fase belajar pixel) selama seminggu untuk melakukan optimasi.
Setelah menyelesaikan fase belajar, maka kita bisa menaikkan tawaran jika mendapat kesulitan mendistribusikan apa yang diinginkan. Jika kita menginginkan Facebook tidak memakai anggaran per event secara berlebihan, maka pilihan ini akan membantu kontrol biaya. Di saat yang sama, kita juga bisa memasang tawaran lebih tinggi untuk meningkatkan distribusi ke event yang lebih bernilai.
Strategi Target Cost
Nah, strategi kedua “target cost” ini hanya dapat digunakan untuk tujuan kampanye sebagai berikut:
- App Installs
- Conversions
- Lead Generation
- Catalog Sales
Facebook merekomendasikan menggunakan strategi tawaran manual ini untuk meraih hasil lebih stabil atas anggaran yang dikeluarkan. Secara teori, inilah strategi tawaran yang bisa digunakan saat kita ingin meningkatkan anggaran untuk mendapat hasil lebih baik. Ketika menggunakan strategi ini, maka kita diharuskan untuk menetapkan target cost berdasarkan event konversi yang dipilih.
Sebagai awalan, tetapkan anggaran rata-rata yang diinginkan untuk tiap event. Temukan biaya terendah yang memungkinkan dengan menurunkan jumlah angka hingga kita tak lagi bisa menghabiskan seluruh anggaran.
Keuntungan? Pertama, strategi penawaran model seperti ini akan membuat biaya per event lebih stabil dan sangat berguna ketika kita ingin scale up anggaran.
Kelemahan? Mungkin kita akan melihat fluktuasi yang lebih tinggi dalam biaya sampai fase belajar pixel terselesaikan (50 events per minggu) dengan pendekatan ini. Kita juga bisa menemukan bahwa biaya keseluruhan per event lebih tinggi ketika dibandingkan menggunakan “lowest cost”.
Sebagai informasi, Facebook akan selalu mencoba menggunakan anggaran per event tak jauh dari target cost yang telah ditetapkan, meski mereka telah menemukan biaya terendah si advertiser. Hal ini bisa menjadi pemborosan, apabila kita tidak menetapkan target cost secara bijaksana.
Jadi pakai strategi penawaran yang mana dong?
Ya, seperti biasanya, jawabannya tergantung. Dalam dunia periklanan, tidak pernah ada strategi universal yang berlaku untuk semua situasi. Banyak advertiser merasa lebih baik menggunakan “lowest cost” tanpa melakukan bid cap. Tapi, mempertimbangkan bid cap untuk mencegah Facebook menghabiskan anggaran berlebih dari target biaya yang ditetapkan juga menjadi keuntungan tersendiri.
Secara teori, dikutip dari Adespresso, ada baiknya advertiser menggunakan “target cost” ketika merencanakan kampanye jangka panjang atau saat menaikkan anggaran iklan. Strategi ini lebih bisa mengontrol biaya per event. Opsi ini juga tepat digunakan oleh kelompok advertiser kecil (misalnya juga, agency) yang biasanya selalu mengalami kesulitan mengelola anggaran iklan yang besar.
P.S: Jika kita tidak yakin dengan metode bidding yang akan digunakan, memilih automatic bidding adalah pilihan tepat. Algoritma auto optimasi Facebook sudah cukup baik melakukan pekerjaan itu selama anggaran yang dikeluarkan juga tidak terlalu tinggi.
===
Okeh, sampai sini dulu bahasannya, akan dilanjut kapan-kapan. Intinya, memang tidak ada strategi pasti dalam menaikkan penjualan secara online, semua tergantung dari jam terbang dan pengalaman serta banyak aspek lainnya 🙂
Leave a Reply