Perusahaan raksasa dunia semacam Facebook, Alphabet, dan Visa masing-masing berhasil menghasilkan 1 juta dolar pendapatan per karyawan, sedangkan Apple mampu meraup hampir 2 juta dolar per kepala. Angka yang mengesankan bukan? Lantaran rata-rata perusahaan teknologi hanya mampu menghasilkan sekitar 480 ribu dolar pendapatan per karyawan.
Itulah yang dinamakan earning per employee ratio atau pendapatan tahunan perusahaan dibagi jumlah total karyawan. Hasil itu pada dasarnya ingin mengukur berapa banyak sebenarnya tiap karyawan mampu memberi hasil bagi perusahaan. Semakin tinggi pendapatan yang dihasilkan karyawan, menunjukkan semakin tinggi pula produktivitas dan penggunaan sumber daya perusahaan.
Biasanya para analis investasi menggunakan bermacam rasio utama, seperti return on equity (ROE), return on assets (ROA), dan price earning ratio (P/E) untuk mengukur kinerja fundamental perusahaan. Namun, earning per employee ratio juga perlu dipertimbangkan karena mampu menunjukkan kondisi sehat tidaknya finansial perusahaan.
Tak dimungkiri, bahwa salah satu pengeluaran terbesar perusahaan adalah gaji dan tunjangan untuk karyawan. Perusahaan yang untung biasanya akan berinvestasi pada sumber daya manusia yang produktif. Mempekerjakan pegawai sama halnya dengan utilisasi aset, di mana bagian akunting bisa mengukur seberapa baik perusahaan menggunakan asetnya untuk meningkatkan pendapatan.
Lalu aspek penting apa saja yang harus diperhatikan dalam melihat pendapatan yang diraih per karyawan ini? Meskipun ini masuk pekerjaan orang finance, tapi nggak ada salahnya kan kalau owner juga tahu parameter-nya 🙂
Bandingkan apple to apple
Untuk mengevaluasi pendapatan per karyawan, sebuah bisnis harus membandingkan hasilnya dengan perusahaan lain yang berada pada industri sama, khususnya kompetitor langsung. Perusahaan yang fokus pada penjualan dan distribusi cenderung akan menikmati rasio pendapatan per karyawan yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan manufaktur.
Mengapa demikian? Seperti kita tahu, manufaktur adalah industri padat karya yang melibatkan begitu banyak orang di dalamnya, sedangkan aktivitas penjualan dan pemasaran hanya bergantung pada segelintir orang saja untuk menghasilkan angka yang sama. Ambil contoh Nike, sejak mengalihdayakan seluruh produksi ke perusahaan lain, rasio pendapatan per karyawan perusahaan sepatu olahraga ini meroket tajam.
Pengaruh turn over karyawan terhadap rasio
Pendapatan per karyawan juga dipengaruhi oleh tingkat keluar masuknya karyawan produktif entah itu mengundurkan diri atau dipecat setiap tahunnya di mana harus dicari penggantinya. Tentu saja hal ini akan mengakibatkan perusahaan harus melakukan rektrutmen lagi, dari mulai memasang iklan pengumuman, menyeleksi kandidat, melakukan wawancara, hingga memberi pelatihan pada karyawan baru.
Proses ini tentunya akan memakan waktu dan sedikit tidak produktif bagi perusahaan, sampai si karyawan baru benar-benar siap bekerja. Maka itu, membangun budaya kerja dan mengelola tim dengan tepat setidaknya akan menghindarkan perusahaan mengalami turn over tinggi.
Memanfaatkan aset maksimal
Seperti yang sudah disinggung di atas, karyawan merupakan aset penting, maka perusahaan yang sukses adalah yang mampu meningkatkan pendapatan dengan memaksimalkan kinerja setiap asetnya. Misalnya, perusahaan pengiriman atau kargo, akan berupaya memaksimalkan jumlah paket kiriman agar bisa dimuat di truk.
Kendaraan truk itu sendiri merupakan sumber daya yang diinvestasikan perusahaan, sehingga perusahaan yang mampu mendayagunakan maksimal aset akan menghemat biaya operasional dan menghasilkan lebih banyak pendapatan.
===
Lumayan pusing? Silahkan diskusi sama bagian keuangan deh yah . Bagaimana pun, orang finance itu matanya pengusaha, mereka harus bisa kasih tahu owner, tiap per meter persegi bangunan yang disewa kantor itu harus bisa menghasilkan berapa rupiah, mana karyawan yang gajinya ketinggian, begitu pula dengan kendaraan kantor. Apabila ada sumber-sumber aset yang tidak produktif, tentu lebih baik dijual daripada hanya menambah beban operasional kan…
Leave a Reply