Ariana Huffington adalah salah satu tokoh termahsyur di bidang media yang mendirikan situs berita dan opini berhaluan liberal, The Huffington Post tahun 2005 lalu. Dikenal sebagai pebisnis wanita sukses, puncak karir yang ia raih hingga sekarang bukan berarti tanpa kendala.
Perempuan berusia 68 tahun ini pun berkisah tentang pengalaman jatuh bangun di akun LinkedIn miliknya, saat ingin menerbitkan buku keduanya di mana ia pernah mengalami penolakan hingga 37 kali sebelum akhirnya mendapat kontrak dari penerbit.
“Salah satu titik terendah dalam hidup adalah ketika buku kedua saya mengalami penolakan hingga 37 kali. Di penolakan yang ke-25 sempat terpikir, pasti ada yang salah di sini, mungkin harus pindah karir,”tulisnya.
Namun, seperti yang sudah diduga, Huffington justru memilih untuk bertahan dengan mimpinya. Saat itu, ia sudah menerbitkan satu buku dan masih bekerja sebagai jurnalis. Ia nekat mendatangi bank lokal Barclays, meski tidak memiliki aset dan meminta pinjaman untuk membiayai proyeknya hingga aspirasi menulisnya terwujud.
“Pihak bank mengabulkan permohonan saya, di mana seorang pegawai bernama Ian Bell akhirnya memberikan pinjaman. Ini mengubah hidup saya, karena artinya saya bisa menyimpan uang ini jika masih ada penolakan-penolakan berikutnya,”katanya.
Buku yang berjudul “After Reason” itu pun akhirnya berhasil terbit di usia Ariana yang ke 28 saat itu. Ia membagi kisah ini lantaran sengaja ingin sedikit berbeda dan mengubah kebiasaan pamer kesuksesan di media sosial dengan mem-posting tentang realita sebaliknya alias penolakan.
Tujuannya tak lain karena ia ingin mendorong perilaku lebih sehat bagaimana seharusnya generasi muda memandang pekerjaan dan kesejahteraan. Di tahun 2016, ia meluncurkan Thrive Global, sebuah platform media yang bertujuan mengeliminasi mitos tentang budaya kerja modern serta melawan kelelahan karena overtime bekerja.
“Ibu saya pernah berpesan kalau kegagalan bukanlah lawan dari sukses, tapi merupakan batu loncatan ke arah sukses,’ujarnya melanjutkan.
Kini, Ariana dikenal sebagai penulis 15 buku selain memiliki jabatan mentereng sebagai President & Editor in Chief the Huffington Post Media Group pasca media ini diakuisisi oleh AOL dengan nilai di atas 300 juta dolar.
Dalam buku terbarunya The Sleep Revolution, Ariana mengemukakan betapa vitalnya aktivitas tidur di malam hari untuk mencapai sukses. Menurutnya, kita perlu mengeliminasi mitos-mitos yang berkembang bahwa otak bisa bekerja dengan baik hanya dengan 4-5 jam waktu tidur di malam hari, dan menggantinya waktu tidur di siang hari.
“Mengambil waktu tidur di siang hari karena kurang tidur di malam hari, pada dasarnya akan mengganggu performa kerja,”ujarnya pada NBC.
Sumber: CNBC/Stylish.co.uk
Leave a Reply