airbnb

Kisah AirBnB: Dari Jual Sereal, Kini Jadi Start up Bernilai Puluhan Miliar Dolar

airbnb
sumber: businessinsider

Kisah pendiri Airbnb mungkin menjadi salah satu cerita yang paling menginspirasi di abad 21. Menghadapi begitu banyak tantangan, tanpa investor dan dibelit utang kartu kredit ribuan dolar, sang pendiri sempat menjual sereal demi mempertahankan perusahaan. Yup, mereka menjual sereal box menjelang Pemilu AS untuk mendanai start up-nya. Menurut kedua pendiri Brian Chesky dan Joe Gebbia, butuh dua tahun bagi Airbnb hingga akhirnya mampu unjuk gigi.

Kembali ke masa-masa awal, di akhir tahun 2007, Brian Chesky dan Joe Gebbia baru saja pindah dari New York ke San Fransisco. Dalam kondisi tak punya pekerjaan, mereka menghadapi masalah untuk membayar sewa hingga harus mencari cara untuk menghasilkan uang tambahan. Saat itu, di kota  yang baru mereka tempati tengah digelar sebuah konferensi desain industri yang menarik banyak pengunjung, di mana mereka tahu bahwa semua ruang hotel telah dipesan. Kedua anak muda lulusan desain ini pun melihat peluang.

Mereka membeli beberapa tempat tidur dan mempromosikannya di situs yang dinamakan “Air Bed and Breakfast”. Idenya adalah menawarkan kepada para pengunjung yang tidak mendapat kamar hotel untuk menginap dan sarapan pagi di sebagian ruang apartemen mereka. Untuk layanan tersebut, mereka menarik sewa 80 dolar per malam. Voila! Ide mereka ternyata berhasil.

airbnb
sumber: todayonline

Tak lama, lulusan aristek Harvard Nathan Blech langsung bergabung dengan tim sebagai co-founder ketiga. Setelah membenahi situs, Airbnb  diluncurkan kembali pada Agustus 2008, tak lama setelah Partai Demokrat mengadakan konvensi nasional di Denver. Tentunya, ajang pertemuan ini menjadi peluang besar di mana para pendukung Obama akan menyewakan sebagian ruang tinggalnya bagi pendukung Obama lainnya. Lagi-lagi mereguk sukses, lebih dari 600 orang mendapat ruang menginap dari situs Airbnb.

Selama proses pengembangan, para pendiri Airbnb kemudian mendesain dan menjual boks sereal bernama Obama’O dan Captain McCain di mana merupakan dua kandidat presiden AS kala itu. Mereka menghubungi percetakan untuk memproduksi 1000 boks sereal custom, dan menjual masing-masing boks sereal itu seharga 40 dolar. Hasilnya, 30 ribu dolar berhasil mereka raup.

Pendanaan

airbnb
sumber: susanchell

Airbnb akhirnya mendapat pendanaan pertama sebesar 20 ribu dolar dari Y Combinator. Mereka pun masih menghasilkan 200 dolar per minggu, dan memutuskan pergi ke New York, pasar terbesar, untuk menemui para penggunanya. Mereka pun menemukan masalah, bahwa foto-foto yang kebanyakan di listing tidak menarik. Mereka membeli kamera dan memotret tiap ruang secara door to door agar fotonya lebih menarik.

Januari 2009, inkubator mengundang ketiga pendiri untuk mengikuti sesi training selama 3 bulan. Di saat yang sama, Paul Graham dari Y Combinator mencoba menyakinkan venture capitalist seperti Fred Wilson agar mau berinvestasi di Airbnb.

Ya, seperti yang kita lihat sekarang, Airbnb menjadi salah satu start up sukses dunia. Setelah Cesky dkk mengunjungi para pengguna di New York, perusahaan mendapat perhatian cukup besar. Fokus pun berubah dari sekedar menyewakan sebagian ruang tinggal, kini semua tipe akomodasi bisa ditawarkan.

Tak heran, industri perhotelan keteteran menghadapi ekspansi Airbnb. Pada Maret 2009, Airbnb resmi memiliki 2500 listing dan 10 ribu pengguna terdaftar. Cerita selanjutnya, tentu saja seperti yang kita lihat saat ini, mereka memiliki lebih dari 2 juta listing di lebih dari 190 negara dan 34 ribu kota. Mereka berhasil menyediakan ruang tinggal bagi 40 juta pengguna. Dan, kini Airbnb memiliki valuasi hampir 25,5 miliar dolar.

Konsep & keterampilan

airbnb
sumber: financialtimes

Melihat Mark Zuckerberg yang sukses mendirikan Facebook atau Sergey Brin & Larry Page dengan Google-nya, rasanya tak heran jika latar pendidikan mereka sangat membantu tercapainya puncak karir sebagai pengusaha di bidangnya. Tapi, bagaimana dengan mereka yang tak memiliki latar teknologi, lalu ingin mendirikan start up?

Sekarang pertanyaannya, kamu mau jadi insinyur atau pengusaha? Kalau jawabannya terakhir, jangan buang waktu untuk menyalahkan diri sendiri kalau tidak bisa coding. Terampil dalam coding dan terampil dalam menyusun komponen untuk membangun platform adalah dua hal berbeda. Kamu tidak perlu terampil di aspek pertama, tapi yang kedua harus. Dengan memahami aspek kedua (back end) ini, maka kamu bisa mengembangkannya ke beberapa konsep.

Sebagai pendiri yang tidak berlatar teknik, maka kemampuan yang wajib dikembangkan adalah menghasilkan ide kreatif. Seperti halnya yang diungkapkan Brian Chesky, “Sebagai CEO, saya adalah kapten kapal, dan saya punya dua pekerjaan. Fokus pertama, saya harus waspada jika apa pun berpotensi menenggelamkan kapal. Kedua, saya juga harus fokus pada area di mana saya benar-benar passion melakukannya,”.

Tiga area yang dipilih Chesky untuk berfokus adalah produk, brand, dan culture. Menurutnya, kita harus yakin bahwa kapal akan mampu terus berlayar dengan keterampilan yang dimiliki. Keyakinan itulah yang akan menentukan segalanya.

 

Diolah dari Medium/Forbes/Hackernoon

 

 


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!