Memahami sisi humanisme pelanggan lewat kajian antropologi digital sekarang ini dinilai sangat penting untuk kegiatan pemasaran sebuah brand. Berdasarkan buku Stephen Sampson berjudul Leaders without Titles, para pemimpin horizontal memiliki enam atribut utama untuk memikat orang lain, meski mereka tidak memiliki otoritas satu sama lainnya.
Sebuah brand dikatakan memiliki benefit ketika tidak hanya mereferensi pada fitur produk saja, tapi lebih pada membangun value brand di mana bisa memenuhi “kebutuhan, keinginan, dan tujuan” si konsumen sebagai manusia. Untuk itu, anda memerlukan cara atau atribut-atribut yang dapat membantu pemasaran brand anda untuk memikat lebih banyak konsumen.
Berikut di antaranya;
Fisik
Orang yang terlihat memiliki fisik menarik biasanya memiliki pengaruh lebih kuat dibanding lainnya. Begitu pula, dengan brand yang memiliki daya tarik fisik yang membuat mereka terlihat unik, sekalipun tidak sempurna. Daya tarik fisik bagi brand bisa dibangun lewat identitas brand, seperti logo atau produk dengan desain baik atau tagline yang mengena. Contoh adalah Google dan MTV yang memiliki logo dinamis nan memikat di mana sangat fleksibel dan bisa disesuaikan tergantung konteks-nya.
Intelektualitas
Intelektualitas merupakan kemampuan manusia untuk memiliki pengetahuan, berpikir, dan menelurkan ide-ide. Intelektualitas juga berhubungan dengan kemampuan berpikir di luar dari hal nyata dan kemampuan berinovasi.
Brand yang intelek tentunya sangat inovatif dan memiliki kemampuan untuk meluncurkan produk dan jasa yang dapat diterima baik oleh para pemain dan konsumen.
Brand juga harus mendemonstrasikan kemampuan untuk menyelesaikan masalah konsumen. Contoh adalah bagaimana Uber dan Airbnb yang mendemonstrasikan intelektualitas mereka dengan menyediakan jasa yang menghubungkan konsumen dan penyedia jasa.
Kemampuan bersosial
Seseorang yang memiliki kemampuan sosial yang baik tentunya sangat percaya diri berhubungan dengan lainnya, menunjukkan komunikasi bahasa verbal maupun non verbal yang baik. Brand yang memiliki kemampuan sosial yang kuat juga tak takut untuk berkomunikasi dengan konsumennya. Mereka mendengar konsumen mereka begitu pula pembicaraan di antara konsumen itu sendiri. Tak sampai di situ, mereka juga membagi konten menarik di sosial media untuk memikat lebih banyak pelanggan.
Misalnya, Denny’s Diner menciptakan persona di sosial media, yang bersahabat dan menyenangkan. Brand ini secara reguler mem-posting konten lucu di Twitter, dan membuatnya lebih humanis.
Emosional
Orang yang dapat membangun koneksi secara emosional dengan lainnya akan membuat mereka menjadi orang berpengaruh. Begitu pula, brand yang mampu membangkitkan emosi dapat memancing tindakan menyenangkan dari konsumen. Mereka mampu membangun koneksi dengan pelanggan pada tingkat emosional dengan pesan-pesan inspiratif. Terkadang, brand juga akan berupaya membangun koneksi dari sisi humor.
Contoh, Dove adalah brand yang memberi pengaruh emosional yang kuat. Sebagai brand humanis, Dove mengangkat isu soal kepercayaan diri para wanita dan mendorong mereka untuk lebih mencintai diri sendiri serta mengapresiasi kecantikan yang sebenarnya. Dengan kampanye masif selama lebih dari 10 tahun, Dove mampu membangun koneksi secara emosional dengan banyak wanita di dunia.
Kemampuan persona
Orang dengan kemampuan persona juga memiliki kesadaran diri, di mana mereka sadar betul punya potensi dan kemampuan yang baik. Mereka menunjukkan rasa percaya diri dan motivasi untuk membangkitkan semangat.
Sama juga, brand yang punya kemampuan persona baik tahu betul pesan apa yang ingin disampaikan. Brand tipe ini juga tidak takut untuk mengakui kesalahan dan siap mengambil tanggung jawab penuh.
Contoh lini pakaian travel Patagonia, berpihak pada kelanjutan aspek sosial dan lingkungan dalam menjalankan bisnis. Patagonia juga mengizinkan pelanggan untuk menelusuri asal muasal sampai proses produksi dari produk-produk yang mereka beli.
Moralitas
Moralitas terkait erat dengan etika dan integritas yang kuat. Seseorang yang memiliki moral baik mampu membedakan antara yang benar dan salah. Lebih penting lagi, mereka berani untuk melakukan hal yang benar. Begitu pula, brand dengan moral kuat mampu menjadi gerakan lewat value-nya.
Brand ini berupaya memastikan bahwa mereka menjadi bagian penting yang menjalankan keputusan bisnis berdasarkan norma dan etika. Faktanya, beberapa brand meletakkan model bisnis beretika ini menjadi diferensiasi inti dan berupaya memegang teguh janji mereka.
Contoh, perusahaan global Unilever yang mengumumkan program Unilever Sustainable Living Plan tahun 2010 lalu, misinya ingin melipatgandakan skala bisnis dengan merilis cetak biru lingkungan hingga tahun 2020. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan lebih dari 1 miliar orang di dunia.
Tak hanya Unilever, beberapa brand lain, seperti The Body Shop yang mempromosikan kosmetik ramah lingkungan, Knorr yang memerangi malnutrisi di Nigeria, Wall yang ingin menciptakan pengusaha mikro di India, serta Omo yang mengkampanyekan gerakan hemat air di Brazil.
Nah, yang mana kira-kira yang akan menjadi fokus brand anda?
*brandingstrategyinsider
Leave a Reply