iklan facebook

Cara Memangkas CPL Iklan Facebook

iklan facebook
sumber: driftrock

Bukan rahasia baru lagi, jika semakin lama ongkos beriklan di Facebook semakin mahal. Setiap tahunnya selalu muncul brand/kompetitor baru yang mengakibatkan jumlah para pengiklan semakin banyak, hingga menyebabkan persaingan pun semakin ganas. Tak jarang, mereka juga rela menggelontorkan dana habis-habisan untuk mendapat exposure di media sosial.

Maka, untuk tetap bertahan di era ini, para pengiklan atau pebisnis tak hanya dituntut untuk lebih kreatif, tapi juga harus berpikir lebih strategik. Berdasarkan pengalaman pribadi, ongkos iklan terbesar terjadi pada saat ingin mendapatkan lead atau akuisisi pelanggan baru alias lebih dikenal cost per lead (CPL).

Dari beberapa iklan yang dijalani, saya pernah mendapatkan cost per lead dari mulai 150 ribuan sampai rekor termahal 400 ribu lebih. Bisa kebayang kalau target lead yang kita dapatkan harus mencapai ratusan atau bahkan ribuan orang. Berapa kira-kira anggaran yang dibutuhkan?

Tapi, apakah benar semakin banyak dana yang digelontorkan seperti halnya yang dilakukan para marketplace besar itu akan semakin menghasilkan? Nyatanya tidaklah demikian. Menurut seorang FB expert yang pernah saya temui, semakin besar anggaran kita, maka kualitas audiens yang ditarget pun semakin menurun, menyebabkan ongkos iklan juga makin tinggi.

Maka, untuk mengoptimasi return on ads spend (ROAS), jangan bernafsu untuk menghabiskan dana besar, tapi anggarkan dengan cerdas. Berikut adalah beberapa tips dari seorang konsultan FB seperti dilansir dari situs wordstream dan driftrock bagaimana sebenarnya menganggarkan iklan yang cerdas itu:

Temukan audiens terbaik saat beriklan

iklan facebook
sumber: wordstream

Ketika kita menjalankan iklan Facebook, maka kita akan terlibat perang lelang dengan ratusan brand lain. Siapa yang punya anggaran tinggi, maka dialah yang iklannya paling banyak tampil di audiens. Maka, sangat vital jika kita hanya masuk pada lelang di mana audiens tersebut benar-benar menyukai tawaran kita, sehingga terhindar untuk membuang terlalu banyak anggaran.

Jika pernah beberapa kali menjalankan kampanye iklan, maka seharusnya kita sudah punya data yang cukup untuk menganalisa target demografi dengan performa paling baik. Singkatnya, temukan demografi terbaik itu, lalu fokuskan anggaran pada audiens spesifik itu berdasarkan jenis kelamin, umur, atau kota.

Dari sana, kita juga bisa membuat analisa mengapa kira-kira audiens tipe ini tertarik dengan iklan kita, sementara audiens lain tidak? Jawaban atas pertanyaan ini akan membantu konten iklan kita lebih terhubung dengan target audiens tersebut.

Hal ini akan memberi kesempatan lebih baik untuk meningkatkan performa click to ratio (CTR), mendapat banyak klik, dan daya tarik. Semakin orang tertarik dengan iklan tersebut, maka FB akan memberikan skor relevansi lebih tinggi, sehingga mendorong pada ongkos iklan murah.

Split test konten (perbaiki headline, copy, visual)

iklan facebook
sumber: red mango marketing

Cara memangkas ongkos iklan mahal secara dramatis, selain mengubah target audiens, bisa juga dengan mengubah konten atau penawaran iklan, seperti headline, copywriting atau visualnya. Konten yang unik dan menarik tentu akan semakin membuat orang penasaran, hingga ia ingin mengklik iklan tersebut. Banyak pula yang melakukan split testing A/B demi melihat mana iklan dengan performa terbaik.

Foto memang konten paling mudah dibuat, namun tak ada salahnya mencoba iklan bentuk video di mana cenderung menghasilkan engagement lebih baik. FB pun biasanya akan menghargai konten video lebih tinggi karena membuat orang menghabiskan waktu lebih lama di medsos. Semakin tinggi impresi, maka semakin murah pula ongkos klik yang didapat.

Sederhanakan landing page

iklan facebook
sumber: unblast

Suka atau tidak, lead biasanya akan didapat setelah audiens yang ditargetkan tersebut mampir ke situs penjualan atau landing page kita. Entah dia memasukkan barang ke keranjang belanja (situs e commerce), mengirim email, mengisi form, menelpon atau mengirim pesan whatsapp.

Maka itu, penting diperhatikan agar landing page kita tidak hanya memiliki copywriting yang baik tetapi juga sederhana dan jelas. Semakin efektif sebuah landing page, berpeluang membuat tingkat konversi makin tinggi. Klik DI SINI cara mendesain landing page yang efektif.

Retargeting

iklan facebook
sumber: wordstream

Prinsip beriklan digital pada dasarnya ada tiga, yakni tracking, retargeting, dan optimizing (TRO). Hal inilah yang membuat mengapa FB dan Google bisa menjadi perusahaan periklanan terhebat sepanjang masa. Para pengiklan mampu menelusuri dan menganalisa dengan cermat apakah anggarannya sudah cukup efektif untuk mendatangkan penjualan.

Setelah menjalankan beberapa kampanye, tentunya kita sudah bisa memulai retargeting atau menampilkan iklan kembali kepada orang-orang yang sebelumnya sudah berinteraksi dengan iklan atau penawaran kita. Tipe orang-orang ini, bisa kita sebut “warm audience” di mana mereka cenderung ingin berinteraksi lagi dengan brand kita sehingga mampu menurunkan ongkos iklan baik klik atau lead.

Di FB, kelompok ini dikategorikan ke dalam custom audience. Retargeting bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya kepada audiens yang mengunjungi situs 30 hari terakhir, audiens yang menonton konten video hingga 50 persen, atau audiens yang mengunjungi laman Facebook 30 hari terakhir.

Hati-hati dengan fenomena “Ad Fatigue”

iklan facebook
sumber: enginescout.com

Ketika kita menjalankan sebuah kampanye iklan, selalu ada peluang jika audiens kita akan melihat iklan tersebut lebih dari sekali. Jika mereka terlalu sering melihat iklan yang itu-itu saja, maka mereka pun lama-lama menjadi jenuh, muak dan lelah. Hal ini berpotensi menurunkan interaksi atau menciptakan fenomena yang dinamakan “Ad Fatigue”.

Bagaimana kita bisa tahu bahwa iklan tersebut sudah jenuh? Ketika tingkat frekuensi naik dan click to ratio (CTR) menurun, sementara ongkos klik makin mahal.

Jadi, bagaimana mencegah Ad fatigue? Itulah mengapa banyak brand atau pengiklan yang mengganti konten setiap 2-3 bulan sekali, entah seberapa bagusnya performa konten iklan itu.

===

Teknologi memang memudahkan siapa saja untuk menjual apa pun. Namun, satu hal yang perlu dipahami, kita juga berhadapan dengan karakter manusia yang begitu kompleks. Itulah mengapa kita kerap mendengar istilah “content is a king”. Bagaimana sebenarnya iklan bekerja sebetulnya tidak pernah berubah dari dulu. Tentu, akan selalu ada proses panjang hingga akhirnya kita mendapat penjualan yang diharapkan.

 

Sumber: spikemedia/driftrock/wordstream


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!