Kalau ada pertanyaan, saya mau bisnis kira-kira harus belajar keterampilan apa dulu yah? Bagi mereka yang punya latar belakang keuangan, pastinya sisi finansial dan permodalan bakal dielukan sedemikian rupa. Lihat saja, ketiga pendiri Ismaya Group yang semuanya punya background finance dan investasi. Sukses bener! Ohh, tapi Reino Barack, juga pernah ngaku salah a.ka miskalkulasi dalam urusan bisnisnya, padahal beliau orang finance lho 😀
Jadi, gak perlu jadi jiper juga sih, karena sekarang kita hidup di era yang serba instan dan praktis. Tengok pernyataan representasi gen Z, si supermodel Kylie Jenner yang bilang ke Forbes bahwa kunci sukses kerajaan bisnis kosmetiknya justru disumbang paling besar dari media sosial. Pesan dia: Kuasai Media Sosial! Kan?? Urusan lain, serahkan pada ahlinya 😀
Tapi, bukan berarti memahami sisi keuangan nggak penting yah, hanya kalau menurut saya pribadi itu bisa sambil learning by doing. Apalagi, sekarang udah banyak software akuntansi yang keren-keren. Jadi, tugas pertama kalau mau climbing, yah jelas harus ahli jualan dulu dong. Kalau nggak ada pendapatan, emang laporan keuangan-nya mau nyatet apaan? Masak, isinya pengeluaran terus ? 😀
Nah, salah satu alasan mengapa orang membeli sebuah produk atau jasa tertentu dari brand tertentu, pastinya karena faktor kepercayaan. Jika, brand membangun kredibilitas, maka calon konsumen pun akan mudah memahami nilai penawaran tersebut. Makanya, bagi para brand owner, membangun kredbilitas harus jadi prioritas. Dan, seperti yang pernah dibilang sis Kylie, media sosial memang tengah memainkan peran penting sekarang ini.
Ngomong-ngomong soal media sosial dan di tengah glorifikasi terhadap konten, ada sebuah pernyataan dari Cory Doctorow (blogger/jurnalis) yang cukup mencengangkan, “Content isn’t king. Conversation is king. Content is just something to talk about.
Alamak kebayang kalau konten bukan lagi raja di era internet, makin berat aja kerjaan para content creator dan brand advertiser, karena mereka harus kerja lebih ekstra lagi membangun percakapan yang “worth” untuk dibicarakan agar mendapat simpati.
Menurut Cory, konten yang berharga untuk dibicarakan akan melibatkan interaksi manusia sebagai gambaran utamanya. Tak hanya di media sosial, tapi juga platform lain seperti situs, bahkan di kehidupan nyata. Konten tanpa percakapan, hanya sekedar iklan numpang lewat. Mungkin mampu mengundang, para pendengar, pembaca, pengunjung atau penonton.. tapi hanya terhenti di sana.
Sayangnya, memberi ruang bagi orang lain berdiskusi tidak bisa sesederhana itu dijalankan dalam program pemasaran di dunia maya. It’s much bigger!
Jika kita beruntung, mereka mungkin saja sadar dengan pesan dan informasi yang ingin disampaikan, dan berharap suatu saat nanti mereka akan menghubungi kita untuk transaksi. Itulah mengapa kini penting membangun pesan yang relevan di mana audiens kita ingin mendengar dan membicarakannya.
Pesan semacam itulah yang akan mendorong energi baru. Lalu, energi dibalik pesan-lah yang akan memberi makna. Itu terjadi karena sebagai manusia kita sudah kodratnya suka berkomunikasi satu sama lain. Well, met berjuang!
-Social media is about sociology & psychology more than technology –
Drum/Socialmediatoday
Leave a Reply