Apa yang terjadi ketika anda bertemu orang baru? Tentunya, anda akan menanyakan sesuatu dengan harapan anda akan belajar hal baru tentang mereka, begitu pun sebaliknya. Anda mencoba menggali cerita mereka, dan menceritakan juga tentang anda. Tujuan akhirnya adalah untuk membangun koneksi, bukan?
Begitu pula dalam dunia bisnis, aturan tersebut tak banyak berubah. Menceritakan kisah anda adalah bagian penting dalam membangun brand. Cara ini membantu bagaimana orang lain atau calon konsumen bisa membangun koneksi dengan perusahaan anda. Dasarnya sederhana saja, orang membeli, karena mereka menyukai apa yang yang anda lakukan atau perjuangkan.
Kuncinya adalah menjadi otentik. Konsumen sekarang ini sudah cerdas, jika anda menduplikasi produk atau cerita brand lain, mereka pun akan segera tahu. Cepat atau lambat, hal ini bisa berakibat fatal pada kelangsungan brand yang doyan “copycat” ini. Sekarang, mari kita cek 7 brand luar biasa yang menjadi besar lewat strategi “storytelling”, dan apa yang bisa kita pelajari dari mereka?
Dannijo
Dannijo merupakan sebuah brand jewelry, pertama kali didirikan oleh kakak beradik Danielle dan Jodie Snyder pada 2008. Sejak itu, brand ini selalu menggunakan strategi storytelling digabung dengan produk yang juga bagus.
Danielle menjelaskan, bahwa membangun storytelling yang otentik menjadi kunci sukses untuk brand berbasis gaya hidup. Lalu, apa cerita yang mereka bagikan kepada ratusan ribu pengikut Instagramnya?
Perusahaan perlu membangun narasi yang menarik bagi konsumen, untuk itu mereka ingin membangun sebuah produk yang lekat dengan kehidupan sehari-hari. Kakak beradik ini kemudian menunjukkan cerita kehidupan mereka serta produknya, lewat foto-foto ciamik. Tak hanya itu, mereka juga menggunakan jasa seleb ternama (cantik atau tidak), untuk menggunakan produk tersebut.
Namun, yang paling membuat konten Dannijo benar-benar unik adalah bagaimana kedua bersaudara ini selalu tampil dan menjadi bagian penting dari cerita brand dan produk keseluruhan. Ketika seseorang membeli produk mereka, maka konsumen pun ikut membeli kehidupan kakak beradik ini. Mereka pun memposisikan diri sebagai pusat dari kisah yang mereka sampaikan.
Airbnb
Nah, agak bertolak belakang dengan Dannijo yang menempatkan si pendirinya sebagai pusat cerita. Airbnb justru melakukan sebaliknya di mana 100 persen kisah mereka adalah tentang konsumennya. Karena tanpa konsumen tidak akan ada produk. Dalam kasus ini, konsumen adalah brand itu sendiri.
Airbnb merupakan situs marketplace di mana para pemilik rumah atau properti dapat menawarkan ruang kosong untuk disewakan. Konsumen mereka kebanyakan adalah para pelancong dari seluruh dunia. Airbnb tentu saja tidak mengelola properti itu sendiri, mereka menyediakan forum untuk pelanggan untuk mempromosikan properti mereka. Mereka mendorong pelanggan mereka yang menyampaikan kisah sendiri dalam naungan “Stories from the Airbnb Community,”.
Layanan ini dinilai penting, karena si pelancong perlu tahu orang macam apa yang akan tinggal bersamanya, dan seperti apa pengalamannya? Dengan cara ini, pelancong pun akan tahu bahwa orang-orang yang menyewakan propertinya ini merupakan orang normal, menarik, dan bersahabat.
Minnetonka
Tampaknya tak terlalu sulit bagi brand yang kaya sejarah seperti Minnetonka untuk membangun cerita menarik. Minnetonka sendiri merupakan produsen sepatu asal AS yang sudah berdiri sejak tahun 1946. Saat ini, mereka telah menjual produknya ke lebih dari 50 negara di seluruh dunia. Minnetonka sadar betul jika tetap mempertahankan akar sejarah berdirinya mereka menjadi kunci untuk membangun brand yang terkesan “abadi”.
Mereka ingin menyedikan produk berkualitas, nyaman, terjangkau dan tahan lama yang turun temurun digunakan antar generasi dari mulai kakek nenek, orang tua dan anak cucu. Ideologi inilah yang kemudian digunakan perusahaan sebagai fondasi cerita.
Burt’s Bees
Brand perawatan tubuh Burt’s Bees didirikan sejak 1984, ketika pendirinya (Roxanne dan Burt) bertemu untuk membuat lilin bersama. Kisah mereka pun menjadi agak masuk akal di mana Roxanne merupakan seorang seniman dan Burt merupakan pemelihara lebah yang terkenal di daerahnya.
Saat ini, Burt’s Bee telah menjual produk perawatan tubuh dalam variasi yang banyak, salah satunya mungkin anda akrab dengan Beewax Lip Balm mereka. Filosofi mereka adalah “What you put on your body should be made from the best nature has to offer.”
Mereka juga membangun cerita lewat blog dan kanal sosial media tidak hanya tentang brand Burt’s Bees, namun juga bercerita dengan bangga tentang kandungan alami dalam produk mereka. Mereka pun berupaya menjadi brand yang transparan.
Nike
Nike telah lama dikenal sebagai brand yang mengandalkan kekuatan cerita jauh sebelum bisnis online merajalela seperti sekarang. Tahun 1999, brand tersebut merilis iklan satu menit yang merayakan puncak karir atlet basket Michael Jordan. Slogan “just do it” yang digunakan Nike hingga kini itu pun diambil dari sebuah foto Michael Jordan kecil saat masih sekolah.
Awalnya, mungkin kita akan melihat iklan Nike yang selalu fokus pada “jual, jual, dan jual,”. Iklan itu juga bukan tayang secara online, melainkan di layar televisi yang biayanya saat itu masih sangat mahal. Mungkinkah dengan iklan yang sepersekian detik itu menjadi sia-sia dan hanya membuang uang?
Namun, Nike selalu tahu bagaimana caranya mendorong brand masuk ke benak para konsumen, menciptakan kesan tak terlupa, hingga menjual produk lebih banyak dalam jangka panjang, yakni cerita yang otentik. Tak heran, apa pun yang Nike lakukan selalu berdasarkan sebuah cerita.
Contohnya saat peluncuran FLYEASE, bercerita bagaimana teknologi dapat membuat desain sepatu yang membantu atlet memiliki performa lebih baik dijelaskan lewat video dan artikel mengenai “The Flyease Story”.
Krochet Kids
Krochet Kids merupakan sebuah bisnis sosial yang memproduksi pakaian dan aksesoris, seperti t-shirt, topi, dan tas rajutan berkualitas dengan harga terjangkau. Mereka menggunakan metode pemberdayaan komunitas untuk mendorong kehidupan ekonomi kaum wanita di Uganda utara dan Peru menggunakan keterampilan, pengetahuan yang mereka miliki.
Krochet Kids menyampaikan cerita mereka dan orang-orang yang bekerja untuk perusahaan. Sejarah perusahaan ternyata menjadi bacaan yang menarik. Setiap produk dilabeli dan ditandatangani oleh mereka yang membuatnya. Para pelanggan pun dapat menemukan profil orang-orang itu, melihat foto mereka, dan membaca kisah mereka.
Heinz
Anda tahu Heinz? Produsen beragam produk makanan, namun lebih populer dengan produk sup-nya. Perusahaan ini berupaya menyentuh emosi pelanggannya lewat kampanye storytelling. Heinz mempromosikan sup “Get Well Soon” yang merupakan personalisasi sup sekaligus memungkinkan pelanggannya membeli sup personal dan ditujukan buat orang-orang yang kita cintai dan sedang dalam kondisi kurang baik.
Melalui kampanye itu, Heinz telah mengingatkan kita untuk mencintai orang-orang terdekat, seperti keluarga, dan teman-teman. Selama berabad, sup telah lama digunakan untuk membantu orang sembuh dari sakit atau hanya sekedar ungkapan rasa sayang. Bercerita adalah satu hal, namun bercerita sesuatu yang personal untuk pelanggan tentu hal yang beda lagi.
*dok. sujanpatel
Leave a Reply