yahoo

7 Bisnis Ini Bangkrut Gara-Gara Satu Kesalahan

Meski banyak faktor penyebab, namun bukan kabar baru jika banyak korporasi besar gulung tikar justru gara-gara mengambil satu keputusan yang salah. Jika saja, korporasi raksasa dengan kapasitas sumber daya manusia ber-otak cerdas di belakang mereka bisa gagal, apalagi kita yang masih baru memulai bisnis pastinya bisa mengalami nasib yang sama, jika tidak mengambil langkah baru.

Meski, perjalanannya tidak mudah, namun menjalani sebuah bisnis tetap mendatangkan kebanggan tersendiri bagi sebagian orang. Kita hanya butuh strategi, rencana matang, serta memikirkan masalah apa yang akan terjadi, dan cara menanganinya. Berikut adalah beberapa korporasi besar yang akhirnya harus gulung tikar hanya karena satu kesalahan. Apa yang bisa dipelajari?

 

1. Yahoo

Di era 2000-an, Yahoo merupakan layanan mesin pencari dan email yang cukup populer di Indonesia dan dunia. Siapa sangka, layanan yang sudah dimulai sejak 21 tahun lalu ini akhirnya harus mengalami nasib tragis. Pada tahun 2000-an nilai Yahoo sebesar 125 juta dolar (Rp1300 triliun). Saat masih jaya (2002), Yahoo pernah ditawari membeli Google senilai Rp 13 triliun, Yahoo menolak dengan alasan kemahalan. Anda tahu berapa nilai Google sekarang? Rp8000 triliun.

Apesnya, baru-baru ini (2016) Yahoo akhirnya dijual ke Verizon dengan nilai hanya 4,8 miliar dolar saja atau sekitar Rp65 triliun. Padahal, 6 tahun lalu, Microsoft pernah menawar Yahoo Rp650 triliun, masih tidak mau dilepas.

Kesalahan: Yahoo memang mengalami pertumbuhan cepat awalnya, sayangnya eksekutif dan para pendiri tidak mengelolanya dengan baik. Mereka kurang berkomunikasi secara internal. Tak sampai di situ, produk Yahoo pun semakin menyusut kualitasnya. Banyak CEO datang dan pergi, namun semuanya gagal membangun struktur perusahaan yang kuat. Marissa Mayer, juga telah menghabiskan dana miliaran untuk strategi yang akhirnya tidak mampu menyelamatkan kondisi perusahaan, malah membeli banyak start up yang hampir semuanya gagal.

Pelajaran: Buatlah pengeluaran bisnis, dan pikirkan tentang pengembalian dana investasinya. Setiap pembelian harus membuat bisnis anda makin untung dalam jangka waktu lama. Jangan lalai pula dengan masa kejayaan, karena kompetitor secara diam-diam terus berinovasi menciptakan sesuatu yang baru.

2. Myspace

myspace
dok. huffingtonpost

Pada Juli 2008, Myspace lebih populer dibanding Google dan Yahoo Mail. Para anggotanya, bisa membuat halaman Myspace sesuai dengan keinginan mereka. Hingga akhirnya, Facebook datang dan mengambil hati para pengguna aktif internet dunia.

Kesalahan: Myspace memang mengambil waktu yang tepat untuk menciptakan aplikasi mobile. Mereka membangun aplikasi sendiri setahun setelah Facebook melakukannya. Seiring mulai tumbuhnya bisnis online saat itu, tentunya dibutuhkan penghubung di mana pemilik bisnis  bisa menemukan target audiens-nya, Facebook menyediakan layanan itu. Myspace tidak.

Pelajaran: Jangan terlalu merasa nyaman. Pastikan, selalu melakukan improvisasi untuk yang telah dilakukan, dan awasi kompetitor.

3.  Vine

Vine
dok. theverge

Tahukah anda jika Twitter memiliki aplikasi video 6 menit yang dinamakan Vine? Begitu banyak para bintang lahir lewat video klip singkat lucu yang menggaet banyak fans di seluruh dunia. Sayangnya, Twitter tidak cukup meraup untung akhir-akhir ini, sehingga mereka harus memangkas pekerja. Dampaknya, pun harus ditanggung Vine L

Padahal, Twitter membeli Vine sekitar 30 juta dolar, dan tidak pernah belajar bagaimana meraup untung dari aplikasi itu.

Kesalahan: Vine tidak pernah membaik setelah Instagram meluncurkan fitur video beberapa tahun lalu, hingga akhirnya mencuri perhatian pengguna Vine. Pengguna Vine akhirnya banyak bermigrasi ke Youtube dan Facebook. Apa yang membuat para pengguna Vine tidak loyal? Karena mereka merasa tidak dihargai perusahaan. Sedangkan, Youtube membantu para kreator menghasilkan pendapatan. Vine tidak!

Pelajaran: Hargai orang yang menggunakan jasa anda, atau mereka akan pergi. Apa nilai yang anda bawa?

4. Zeller

zeller
dok. dexterbrown

Zeller merupakan jejaring toko pakaian yang menawarkan harga murah hingga akhirnya Walmart datang juga dengan harga lebih murah pula. Zeller membutuhkan reposisi brand, hingga akhirnya gagal menemukan jalan sendiri. Sedangkan, Walmart fokus pada pelayanan konsumen, sekaligus jumlah karyawan jauh lebih banyak dibanding Zeller.

Kesalahan: Bukannya bekerja untuk membenahi branding, Zeller malah fokus membeli lokasi Towers dan K-Mart di negeri itu sebagai upaya mempertahankan konsumen Kanada yang akhirnya pindah ke Walmart. Sayangnya, tidak berhasil.

Pelajaran: Persepsi publik terhadap perusahaan anda tentunya penting. Pastikan membangun brand yang kuat dan konsisten. Lakukan riset pasar dan tetap-lah terjaga mengenai bagaimana audiens anda menerima perusahaan anda.

5. RadioShack

radioshack
dok.hngn

RadioShack merupakan toko elektronik asal AS yang didirikan sejak 1921 dan mulai merambah ke berbagai negara seperti, Kanada, Mexico, Australia, dan UK. Namun, tahun 2015, toko mereka hanya beroperasi di AS dan Mexico. Pergeseran tren di mana pembelian elektronik mulai banyak dilakukan secara online, memaksa RadioShack untuk mengurangi cabang tokonya.

Kesalahan: Antara tahun 2013-2014, kebanyakan dari penjualan RadioShack datang dari telepon seluler, di mana marginnya tipis sekali. Kondisi manajemen juga tidak stabil, sekaligus perusahaan membuat kesalahan dengan mengajukan pinjaman ke Salus Capital. Alhasil, mereka harus menutup lebih dari 200 toko per tahun, dan makin banyak lagi sekarang ini.

Pelajaran: Lakukan riset pasar. Sebelum mengambil pinjaman, pertimbangkan kemampuan anda membayar kembali.

6.  Meerkat

Pernah mendengar start up bernama Meerkat? Yup, Meerkat merupakan sebuah aplikasi live streaming di mana pengguna bisa melakukan siaran langsung di ponsel untuk ditonton orang lain. Perusahaan ini sempat menerima jutaan dolar pendanaan, di mana investor saat itu percaya ini akan menjadi hal besar.

Twitter juga mengakuisisi Periscope, aplikasi yang serupa, dan diluncrukan beberapa minggu setelah peluncuran Meerkat. Beberapa bulan kemudian, Facebook juga meluncurkan aplikasi siaran langsung, dan tentu saja Meerkat tak mampu bertahan dalam kompetisi.

Kesalahan: Untuk melawan kompetisi, Meerkat malah menghabiskan uang untuk endorse selebriti dibandingkan meningkatkan performa pengalaman pengguna dan membangun komunitas. Endorsement tidak terlalu berpengaruh banyak pada akhirnya.

Pelajaran: Pikirkan selalu langkah selanjutnya untuk segala masalah yang datang, dan tuliskan kembali rencana bisnis anda. Bijaklah dalam menggunakan uang, dan investasi.

7. Danier Leather

danier leather
dok. glassdoor

Danier Leather merupakan perusahaan barang-barang kulit asal Kanada. Tahun 2015 lalu, perusahaan ini mengalami masalah fiskal, di mana rugi sebesar 20 juta dolar setelah penurunan penjualan 14 persen. Pada Maret 2016, mereka akhirnya menandatangani kesepakatan dengan GA Retail Canada untuk pengambilalihan  toko, inventori, dan furnitur.

Kesalahan: Memang ada beberapa isu yang jadi penyebab. Selain kompetisi yang makin menggila, dolar Kanada jatuh terjerembab begitu pula dengan perubahan cuaca. Musim dingin tahun 2014-2015 sangat parah, maka permintaan terhadap jaket musim dingin naik tajam, sayangnya Danier tidak memiliki stok cukup.

Untuk menaikkan penjualan, diskon besar-besaran harus diberikan, di mana pastinya mengurangi margin. Danier juga terlalu fokus pada konsumen dengan demografi lebih muda, padahal klien perusahaan ini lebih teraliansi dengan yang lebih tua.

Pelajaran: Layani target audiens anda dengan baik, dan siapkan antisipasi hadapi perubahan tren.

therichiest


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!