produk

6 Langkah Pengembangan Produk, dari Konsep hingga Pasar

produk

Mewujudkan visi menjadi produk nyata mungkin menjadi salah satu tantangan besar bagi setiap pebisnis pemula. Di beberapa korporasi besar, hal tersebut menjadi tugas divisi product development. Tak cuma sekedar menciptakan produk, tetapi mereka juga harus melakukan uji coba di pasar. Tak ada gunanya melakukan inovasi, jika hasilnya tidak menjadi solusi bagi pasar bukan?

Maka itu, melakukan pengembangan produk dari ide sampai bisa diterima pasar membutuhkan perjalanan tak sebentar. Tak jarang, banyak pengusaha yang gagal mengeksekusi lantaran produknya tidak sepenuhnya diterima pasar. Padahal, sudah banyak uang, tenaga, dan waktu diinvestasikan. Untuk menghindari pemborosan, maka apa pun jenis usaha, penting bagi kita untuk melakukan tahapan pengembangan sebagai berikut:

1. Ide

produk
sumber: businessinsider

Ide merupakan salah satu  wujud kebudayaan dalam arti luas di mana artefak alias produk menjadi hasil akhirnya. Meski, merupakan sesuatu yang tak terlihat, ide menjadi faktor terpenting agar sesuatu yang kita ciptakan punya makna tak hanya bagi para pembuatnya, namun juga penggunanya. Memang, tidak ada ciptaan yang benar-benar murni orisinil 100 persen. Untuk itulah, dibutuhkan cara berpikir kreatif yakni,  kemampuan mengombinasikan beberapa hal atau informasi untuk membuat sesuatu yang baru.

Menyusun sebuah ide kreatif bisa dimulai dari pertanyaan-pertanyaan dalam SCAMPER model ini, seperti substitute, combine, adapt, modify, put to another use, eliminate, reverse/rearrange. Misalnya, menggunakan model adapt, selama ini bra wanita yang ada di pasarannya desainnya begitu-begitu saja, kita bisa hadir untuk menciptakan desain bra khusus wanita menyusui. Model substitute misalnya, pelaku usaha industri fesyen bisa menggunakan kulit sintetis dibandingkan kulit hewan asli yang berpotensi menyakiti binatang dan seterusnya.

2. Riset

produk
sumber: salon

Biasanya jika sudah memiliki ide matang di kepala, para pengusaha pemula akan terdorong untuk langsung melakukan produksi. Sayangnya, langkah itu bisa menjadi malapetaka apabila kita gagal melakukan validasi ide terlebih dulu. Berikut adalah beberapa cara melakukan validasi ide:

*Berdiskusi dengan teman

*Mengirim survey online

*Mulai kampanye crowdfunding

*Riset permintaan secara online

*Membuka pre-order

Seluruh informasi yang dikumpulkan dari riset pasar dan validasi produk akan memungkinkan kita mengukur permintaan serta tingkat kompetisi di industri tersebut sebelum memulai perencanaan.

3. Perencanaan

produk
sumber: shopify

Tahap riset beres, kini saatnya melakukan perencanaan produk lewat gambar sketch,  memuat komponen apa saja yang dibutuhkan. Gambar sketch tersebut bisa di antaranya memuat, kebutuhan material, lengkap dengan penjelasan fitur dan fungsi sebelum diserahkan ke pihak manufaktur/produsen. Misalnya, kita mau membuat dompet, biasanya komponen akan mencakup, resleting, tali kulit, label emboss, kemasan, dan desain ciamik.

Selain menyusun komponen yang diperlukan, kita juga bisa memulai untuk mempertimbangkan harga ritel dan kategori produk. Misalnya, apakah produk yang akan diproduksi itu akan digunakan untuk keperluan harian atau acara tertentu? Apakah akan menggunakan material premium atau ramah lingkungan? Semua pertanyaan ini hendaknya bisa dijawab selama masa perencanaan karena akan berpengaruh pada target pasar.

4. Prototyping

produk
sumber: shopify

Tujuan dari prototyping atau mock up selama pengembangan produk pada dasarnya untuk menciptakan produk akhir yang  digunakan sebagai contoh sebelum produksi massal.  Meski demikian, proses prototyping ini tidak hanya sekedar melakukan satu upaya saja, melainkan harus bereksperimen dengan berbagai versi produk.

Selain itu,  tahap ini juga biasanya akan mengeliminasi opsi, sampai melakukan perbaikan hingga diperoleh contoh produk akhir yang sempurna. Banyak pula wirausaha yang menggandeng pihak ketiga untuk melakukan prototype produk ini, misalnya di industri pakaian dan fesyen yang menyerahkan rencana produknya pada  tukang pola dan pengrajin lokal.

5. Sourcing

produk
sumber: businessinsider

Setelah proses prototype beres dan kita sudah cukup yakin dengan hasil akhirnya, maka waktunya untuk mengumpulkan seluruh material yang dibutuhkan , mencari partner  produksi hingga mencari gudang. Dalam business model canvas Alex Osterwalder, bagian supply chain ini lebih menekankan pada key resources, key partnership, dan key activities dalam pembuatan produk hingga sampai ke tangan konsumen.

Meski begitu, mencari partner produksi yang tepat memang ibarat cari jodoh alias gampang-gampang susah. Pendiri sepatu Nike, Phil Knight pun pernah  mengatakan pentingnya melakukan diversifikasi supply chain. Dengan pilihan banyak supplier dan material yang dibutuhkan akan memudahkan kita untuk membandingkan harga. Hal ini juga perlu diperhatikan, kalau-kalau ada supplier/manufaktur yang tidak perform.

Tak heran, jika opsi manufaktur yang banyak akan menyelamatkan bisnis dalam jangka panjang. Salah satu cara lazim mencari partner produksi/supplier adalah dengan mengikuti trade show atau pameran-pameran besar industri tertentu. Bukan tak mungkin, kita bisa juga mengalihdayakan produksi ke manufaktur luar negeri, misalnya saja dengan mencari daftarnya di situs Alibaba.

6. Biaya

produk
sumber: shopify

Seluruh tahapan di atas sudah dilakukan semua? Sekarang waktunya untuk menghitung dan mengelaborasi biaya produksi atau dikenal dengan COGS.  Buatlah pencatatan dalam sebuah spreadsheet di excel yang memuat informasi seperti, bahan baku, ongkos/upah pabrik, serta ongkos pengiriman. Jika partner kita di luar negeri, maka penting untuk mempertimbangkan biaya pengiriman, fee impor, dan bea-bea lainnya yang memengaruhi COGS. Setelah mendapat semua total COGS, maka kita mark up hingga mendapat harga ritel, setelah menghitung laba kotor potensial dan profit tiap barang yang terjual.

===

Mengeksekusi sebuah ide memang tak mudah, namun menyusun ide itu sendiri juga sama rumitnya. Seperti yang kita lihat dalam tahapan di atas, tak heran jika banyak brand yang membutuhkan waktu bahkan hingga 1-2 tahun hanya untuk pematangan ide dan perencanaan saja. Semakin matang rencana, maka semakin baik pula kita menyusun skala prioritas, dan semakin efisien pula anggaran yang kita keluarkan terlebih di tengah sumber daya yang terbatas.

 

Sumber: shopify


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!