Semaraknya liputan media tentang para pebisnis start up yang mulai merintis usaha sejak usia muda tak dimungkiri mengubah pemikiran sebagian banyak orang bahwa semakin muda merintis, akan semakin terbuka pula jalan menuju sukses. Anggapan itu tak sepenuhnya salah. Sebut saja, Steve Jobs, Bill Gates, Mark Zuckerberg, atau perintis start up lokal, seperti Kaskus, Tokopedia dan Bukalapak yang semuanya memulai di rentang usia 20-an.
Tapi, itu hanyalah gambaran sebagian saja. Nyatanya, banyak pula sosok yang justru menemukan ide besarnya di penghujung hidup. Usia hanyalah angka. Di kala banyak orang menjadikan usia sebagai alasan untuk tidak melakukan apa-apa, entah terlalu muda atau merasa terlalu tua, justru ada sebagian yang memilih jalan berliku kala usianya senja. Bagi mereka, tidak ada batasan untuk mencapai cita dalam hidup yang hanya dianugerahi sekali ini.
Dikutip dari Harvard Business Research, ternyata perusahaan yang dibangun oleh pendiri yang rata-rata berusia 45-an cenderung lebih sukses. Perusahaan yang mereka bangun tumbuh dengan lebih stabil baik dari sisi tenaga kerja maupun penjualan, bahkan mampu membawa perusahaannya menuju IPO atau akuisisi. Fakta empiris ternyata menunjukkan bahwa pengusaha yang sukses berada di usia pertengahan, bukan muda.
Kenapa bisa begitu? Meski, banyak faktor yang bisa menjelaskan aspek usia dalam kewirausahaan, kita juga bisa temukan bahwa pengalaman kerja memainkan peran sangat penting. Ketika kita mempelajari para sosok luar biasa, seperti Bill Gates, Steve Jobs, Jeff Bezos, atau Sergey Brin dan Larry Page, pertumbuhan perusahaan mereka di kapitalisasi pasar meningkat justru ketika para pendiri ini berada di usia pertengahan.
Misalnya, Apple diperkenalkan sebagai perusahaan dengan inovasi terbaik saat Jobs berusia 52 atau Amazon sebagai perusahaan dengan pertumbuhan area pasar tertinggi kala Bezos berusia 45.
Tak cuma jam terbang dan pengalaman kerja, namun juga ada beberapa aspek penting lainnya yang memengaruhi, yakni sumber finansial dan jejaring sosial. Usia matang bahkan relatif senja menjadi fitur yang menguatkan, untuk memulai perusahaan sukses. Contohnya saja, seperti yang dilakukan para sosok ternama ini:
1. Ray Kroc (McDonald)
Kalau bukan lewat tangan dingin Kroc, mungkin kita tidak akan pernah mencicipi menu-menu andalan restoran cepat saji McDonald seperti sekarang. Restoran yang awalnya didirikan oleh McDonald bersaudara ini sudah memiliki lini perakitan untuk membuat burger dan sandwich, namun mereka enggan untuk mengembangkannya lebih besar. Di usia Kroc yang ke 52 tepatnya tahun 1954, ia mulai mengajukan diri hak waralaba atas McDonald di mana kemudian ia membuka McDonald pertamanya di Des Plaines, Illnois.
Sedangkan, di tahun 1961, ia berhasil membeli McDonald Corporation seharga 2,7 juta dolar dari pemilik asli McDonald bersaudara. Di saat bersamaan kesehatan Croc makin menurun lantaran menderita diabetes dan arthritis. Lalu, laba perusahaan semakin meningkat tajam, setelah ia sukses mendirikan korporasi franchise dan merekrut banyak franchisee.
Namun, Kroc tak hanya berpuas diri dengan penyebaran outlet McD di seluruh negeri, ia juga berupaya mengembangkan usahanya ke seluruh dunia, tepatnya ke 65 negara yang kemudian disesuaikan dengan budaya negara setempat. Kisah tentang Ray Kroc ini juga difilmkan dengan judul “The Founder” tahun 2016 lalu dibintangi oleh Michael Keaton, Nick Offerman, dan Linda Cardellini.
2. Robert Noyce (Intel)
Setelah meraih gelar doktoral bidang fisika dari MIT, Robert Noyce bekerja sebagai insinyur peneliti di Beckman Instruments. Di tahun 1957, ia dan tujuh orang lainnya meninggalkan Beckman dan mulai mendirikan Fairchild Semiconductor Corporation. Meski, cukup sukses di perusahaan barunya, ia bersama sang kawan Gordon Moore akhirnya meninggalkan perusahaan itu dan mulai mendirikan Intel di usia Noyce ke-41.
Noyce menjadi seorang visioner perusahaan sekaligus memperlakukan para stafnya sebagai keluarga. Ia juga menolak beragam fasilitas yang diterima CEO, dan bersikuku membuat perusahaan untuk tidak boros. Ketika di Intel, ia juga menemukan microprocessor, di mana inovasi ini turut merevolusi teknologi komputer dan membentuk fondasi mesin yang kita gunakan saat ini.
3. John Pemberton (Coca Cola)
Awalnya, seorang ahli kimia Pemberton direkrut menjadi tentara selama Perang Saudara di AS, di mana ia terluka cukup parah akibat perang pada tahun 1865. Saat itu, banyak veteran perang menggunakan morfin untuk mengurangi rasa sakit akibat luka yang diderita, tak terkecuali Pemberton. Demi mengatasi rasa candunya itu, ia memutuskan untuk menemukan obat penghilang rasa sakit tanpa kandungan opium, hingga lahir sebuah formula “Pemberton’s French Wine Cola”.
Formulanya itu akhirnya diluncurkan di Atlanta pada tahun 1885 yang berguna untuk mengatasi sakit kepala, kecanduan morfin, dan penguat saraf. Pemberton’s French Wine Cola kemudian berkembang menjadi Coca Cola setelah muncul larangan peredaran alkohol di Atlanta tahun 1886. Ia pun terus menghabiskan waktu dengan melakukan banyak eksperimen di rumahnya demi menyempurnakan sampel sirup yang bebas alkohol.
Di usianya yang ke-55 dan kesehatannya mulai menurun, Pemberton kemudian mendirikan perusahaan dan menunjuk putranya bertanggung jawab atas produksi. Melalui kerja sama dengan rekan bisnisnya, Frank Robinson, maka lahirlah produk bernama Coca-Cola. Logo antik yang masih digunakan sampai sekarang ini pun diluncurkan pada masa itu.
4. Harland Sanders (KFC)
Kisah klasik seorang kolonel yang jago masak ayam ini memang tidak pernah lekang oleh waktu. Sekiranya, Sanders butuh waktu selama 9 tahun untuk terus menyempurnakan metode memasak ayam yang menggunakan aneka bumbu dan rempah seperti yang dikenal saat ini. Dengan metode dan resep yang tepat, daging ayam yang diolahnya menjadi sangat empuk, renyah, dan gurih, hingga kini Kentucky Fried Chicken (KFC) selalu dikenal sebagai restoran cepat saji dengan tagline-nya “Jagonya Ayam”.
Tahun 1952, Sanders mulai menjual semua propertinya untuk berkeliling dari kota ke kota, serta dari restoran ke restoran untuk menjual resepnya. Meski, ia merupakan mantan koki dan sangat yakin akan banyak restoran yang berminat menerima resepnya, apa daya ternyata prediksinya itu meleset. Sebagai informasi, hampir sepanjang hidupnya, Sanders banyak mengalami kegagalan karir, dari mulai menjadi laywer, salesman asuransi, hingga salesman ban.
Pun kala menjual resep ayam miliknya, Sanders harus mengalami penolakan hingga lebih dari 1000 kali, hingga restoran yang ke 1009 mau membeli resepnya dan mengembangkan usaha waralaba diberi nama KFC saat usianya menginjak 65 tahun.
5. Carol Gardner (Zelda Wisdom)
Apa yang akan kamu lakukan ketika usia sudah menginjak 52 tahun, dalam kondisi bercerai, banyak utang, dan depresi? Mungkinkah terbersit ide untuk mendirikan perusahaan? Percaya atau tidak, hal inilah yang dilakukan Carol Gardner, pendiri Zelda Wisdom. Setelah ia mendapat seekor anjing berdasarkan rekomendasi terapisnya, Gardner memenangi kontes kartu ucapan Natal dengan sebuah gambar anjing dan kata-kata sindiran lucu. Berawal dari kemenangan itulah, Gardner terinspirasi untuk memulai perusahaan kartu ucapan sesuai nama anjingnya, Zelda. Tahun 2010, Zelda Wisdom mampu keluar sebagai perusahaan bernilai sebesar 50 juta dolar.
===
Menjalani sebuah usaha memang tidak pernah mudah, butuh kerja keras dan disiplin untuk meraih sukses. Hasilnya, semakin matang usia, idealnya semakin bijak pula kita dalam menavigasi perjalanan. Sukses dapat hadir kepada siapa saja, berapa pun usianya. Believe it or not 🙂
*berbagaisumber
Leave a Reply