Mencium tanda-tanda kemajuan industri internet marketing, sejak tahun 2007, Joe Pulizzi sudah mendirikan Content Marketing Institute. Lewat bukunya Content Inc, ia mengedukasi para pengusaha agar memanfaatkan konten untuk membangun audiens masif dan menciptakan kesuksesan bisnis secara radikal.
Tak cuma Pulizzi, praktisi lainnya seperti Gary Vaynerchuk juga menekankan pentingnya konten dalam bisnis digital. Ia bilang bahwa bisnis di era sekarang mesti mulai berpikir dan bertindak dengan logika perusahaan media. Tak cuma fokus pada foto atau video, ia pun menyebut platform berbasis teks dan audio seperti Linkedn, Spotify, bahkan TikTok punya peluang besar di masa depan.
Meski begitu, membangun konten di tengah persaingan luar biasa seperti sekarang tentu bukan perkara mudah. Banyak yang bilang pemasaran konten tidak akan menghasilkan uang dalam waktu cepat. Ya, upaya konten pemasaran bisa gagal lantaran beberapa sebab, salah satunya perencanaan yang asal-asalan. Tapi, yang paling utama adalah ketika kita memutuskan untuk menyerah.
“Pemasaran konten tidak selalu gagal karena kualitas. Faktor utamanya justru karena inkonsistensi dan langsung menyerah begitu saja,”kata Pulizzi.
Banyak brand perusahaan dan bisnis berusaha mencari-cari jalan pintas demi membuat konten viral. Jika, ekspektasi mereka tidak terjadi dalam jangka waktu 6 bulan, maka mereka langsung memotong anggaran, dan menganggap pemasaran konten tidak bekerja.
Sebagai salah satu strategi branding, pemasaran konten juga merupakan permainan jangka panjang. Ini tentang menemukan audiens, memahami masalah mereka, dan menciptakan konten yang bermakna bagi mereka. Strategi ini tentu cocok bagi mereka yang percaya pentingnya membangun koneksi lebih dulu sebelum transaksi.
Mereka yang sukses dalam permainan konten lebih didukung oleh strategi yang relevan dengan tujuan bisnisnya di mana mereka tahu siapa audiensnya dan bagaimana menyenangkan mereka.
Berikut ini adalah beberapa poin penting tentang kegagalan pemasaran konten dari Juliett Stott yang telah berpengalaman lebih dari 20 tahun di dunia jurnalistik, dan content marketer lebih dari 8 tahun:
Tidak strategis
Langkah pertama sebelum mengeksekusi kontent tentu saja adalah menyusun strategi diikuti dengan beberapa pertanyaan berikut: Apa tujuan produk/jasa saya? Masalah apa yang ingin diselesaikan? Siapa yang akan memperoleh manfaat dari sini?
Tanpa kerangka strategis, tidak ada ukuran yang pasti apakah konten tersebut sukses atau tidak. Banyak pemasar yang masih terjebak pada ukuran interaksi media sosial, seperti likes, comment, atau share. Pemasaran tentu tidak akan eksis tanpa konten, maka strategi konten sangat penting.
Tidak dapat dukungan dari tim senior
Seperti yang disebutkan di atas, banyak orang menilai jika pemasaran konten tidak berguna dan hanya membuang-buang anggaran. Hal ini juga kerap terjadi di beberapa perusahaan yang tim seniornya tidak memahami potensi besar membangun kepercayaan publik lewat konten. Maka, ada baiknya kita perlu menjelaskan mengapa perlu dilakukan upaya ini (misalnya, bisa menaikkan profil brand atau meningkatkan leads).
Terlalu umum
Para jurnalis biasanya terlatih untuk menemukan sudut pandang baru, unik, dan tidak biasa. Begitu pula yang harus dilakukan para content marketer, mengingat banyak brand hanya menciptakan “me too” dibanding membuat konten yang “wow”. Konten yang tidak mampu terdengar unik tentu akan sulit menggaet atensi publik.
Tidak berfungsi
Jika kita berniat membuat video viral yang membuat semua orang ingin menonton dan membagikannya, tanpa alasan jelas, maka kita tengah dalam masalah. Jika konten yang ingin dibuat tidak relevan dengan brand dan tidak memperkuat pesan brand, maka tak perlu dilakukan. Gunakan anggaran dengan bijak, dan buatlah konten otentik yang relevan dengan target audiens.
Instruksi tidak jelas
Tujuan akhir dari upaya pemasaran konten tentu saja adalah transaksi. Jika kita telah mendapat atensi audiens, di mana mereka cukup rajin menonton kanal Youtube atau membaca postingan blog kita, lalu apa selanjutnya?
Maka, kita perlu menjelaskan kepada mereka apa yang harus dilakukan, misalnya membubuhkan call to action langganan, download, telepon, atau beli. Pada dasarnya, saat mendalami digital marketing sendiri perlu strategi untuk mencapai tujuan bisnis, baik aspek teknis seperti A/B testing, rasio jumlah audiens yang melihat iklan dan mengunjungi situs, maupun aspek non teknis seperti kreasi konten.
Sumber: econsultancy
Leave a Reply