Kas merupakan jantung perusahaan, sehingga pengelolaan yang keliru berpotensi menimbulkan banyak masalah dalam perhitungan pemasukan dan pengeluaran nantinya. Walau bisnis dapat bertahan sementara waktu tanpa penjualan atau keuntungan, tapi bisnis tanpa kas tidak akan berfungsi. Sayangnya, memang tidak semua pemilik bisnis (terutama bagi pemula) memahami masalah ini, berikut ini adalah beberapa kesalahan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam pengelolaan kas.
Estimasi berlebih terhadap volume penjualan
Optimisme tiada henti adalah kunci bagi setiap pengusaha sukses. Meski begitu, menjadi cukup realistis dalam setiap kemungkinan dan kendala menjadi hal sangat penting untuk dipelajari. Itulah mengapa membuat perencanaan produksi dan estimasi penjualan berdasarkan data historis dan angka-angka menjadi amat penting.
Dengan menggunakan metode estimasi kuantitatif, maka anda dapat menggunakan data pendapatan dari bisnis yang dijalani selama ini untuk melihat tren dan prediksi penjualan di masa depan. Diharapkan, anda bisa lebih realistis membuat proyeksi penjualan ke depan.
Namun, membuat proyeksi penjualan atau pendapatan agaknya memang cukup sulit bagi pebisnis pemula lantaran tidak memiliki cukup pengalaman dan data historis sendiri. Itulah mengapa pentingnya seorang mentor untuk mendampingi di saat bisnis baru berjalan di awal. Anda juga bisa menggali pengalaman orang-orang yang telah lama memiliki bisnis, terutama di bidang yang sama dengan anda.
Dengan demikian, anda akan mendapat gambaran utuh tentang potensi penjualan produk tersebut. Apa pun metode yang digunakan, pastikan estimasi penjualan dibuat serealistis mungkin dengan mempertimbangkan fakta-fakta obyektif.
Pengeluaran impulsif di tahap start up
“Kita butuh uang untuk menghasilkan uang,”. Tentu kita sering mendengar kalimat ini dalam dunia bisnis, dan pada beberapa kesempatan, hal itu memang benar adanya. Tapi, sayangnya kepercayaan umum ini bisa menciptakan para calon pengusaha yang terjebak dalam pemborosan besar, khususnya saat di bulan-bulan pertama bisnis.
Dalam realita, uang memang menjadi faktor penting untuk start up, tapi tidak semua pengeluaran yang besar menciptakan hasil yang sama bagi tiap usaha. Memulai bisnis melibatkan biaya yang harusnya akan memberi keuntungan bagi anda dengan lebih terukur.
Jika anda ingin bisnis menghasilkan, maka anda perlu mempertimbangkan dengan matang antara keuntungan dan pengeluaran yang dilakukan di setiap hal. Intinya, setiap rupiah yang anda keluarkan untuk bisnis, pada akhirnya akan mengambil margin keuntungan anda. Buatlah anggaran realistis berdasarkan estimasi pendapatan anda. Hitung pula, kapan bisnis anda akan balik modal.
Bersikap pasif dengan berbagai tagihan
Salah satu pembunuh arus kas (terutama bagi B2B) adalah berbagai jenis tagihan invoice dari para klien anda. Jika anda bersikap acuh tak acuh pada berbagai tagihan tersebut, maka bersiaplah anda akan memasuki zona merah dan situasi bahaya pada arus kas. Buatlah semacam tenggat waktu internal dan prosedur ketika anda mengirim tagihan dan tepat melunasinya.
Tidak menggunakan anggaran arus kas
Okay, anggaplah anda sudah menjalankan ketiga cara di atas untuk mengamankan arus kas. Tapi, tanpa melacak arus kas dari hari ke hari, anda pun masih akan menemukan titik kebocoran. Bagi perusahaan ritel, bulan-bulan sebelum liburan adalah waktu di mana arus kas menjadi cukup ketat. Mereka pun membutuhkan tambahan stok dari pemasok untuk menyiapkan penjualan, tapi jika tenggat pembayaran ke pemasok terjadi sebelum terjadinya penjualan, maka ini yang rentan jadi masalah.
Penggunaan semacam, cash flow statement, akan membantu anda melacak penerimaan dan pengeluaran pada periode tertentu. Cara ini akan membantu anda mengantisipasi kondisi ketika anda harus keluar lebih banyak uang dibanding yang masuk, sehingga anda bisa merencanakan solusi alternatif. Selama ini yang terjadi, anda hanya akan menebak-nebak apakah anda benar-benar punya uang ketika membutuhkannya. Dan, akhirnya risiko telat dan penalti pembayaran tagihan pun sudah menunggu di depan mata 🙂
Tidak memiliki tabungan bisnis
Tidak memiliki tabungan bisnis yang bisa diambil sewaktu-waktu adalah kesalahan besar, bagaimana pun mengamankan arus kas adalah realitas yang harus dihadapi. Tanpa tabungan, dan penjualan yang melambat, tentu bisa menjadi bencana. Maka itu, wajib memiliki tabungan atau dana darurat minimal sebesar 2 bulan pengeluaran operasional. Arus kas selalu menjadi isu yang menantang bagi para pebisnis. Tapi, jika anda memiliki estimasi yang sesuai dengan data-data obyektif, dan menghindari pengeluaran yang tak perlu, maka bukan tak mungkin anda bisa sukses melewati masa-masa ini.
Masih jadi PR saya hehe… 🙂
Sumber: diolah dari Enterpreneur.com
Leave a Reply