Agaknya kabar ini memang sedikit menakutkan bagi banyak industri. Memang, ada sejumlah alasan kompleks mengapa preferensi kaum milenial berbeda dari generasi sebelumnya. Misalnya saja, stabilitas keuangan dan ingatan saat tumbuh di era resesi Amerika dan Eropa beberapa tahun lalu.
“Saya rasa kita sedang memiliki trauma psikologis terhadap resesi besar yang terjadi beberapa waktu lalu,”kata Morgan Stanley analis Kimberley Greenberger.
Dari mulai golf, serbet, sabun batang, department store, dan bir hanya sebagian saja dari potret industri yang terkena imbas perubahan selera dan perilaku milenial. Bahkan, sempat beredar sebuah meme yang menyebut kaum milenial sebagai “generasi pembunuh berdarah dingin” dengan 14 daftar kalimat “Millenials are killing….. (isi titik-titik)
Di Indonesia, mungkin fenomena milenial sebagai pembunuh berdarah dingin ini belum terlalu berasa, karena saat ini negeri kita tengah dalam masa bonus demografi hingga tahun 2030 mendatang. Tapi, di Amerika dan beberapa negara Eropa beberapa industri berikut ini mengalami penurunan drastis akibat perubahan selera kaum milenial. Apa saja dan mungkin ini bisa jadi pelajaran bagi kita untuk selalu siap beradaptasi?
Restoran waralaba kasual
Sebuah waralaba restoran tipe grill+bar, Applebee membuat heboh setelah menyatakan kegagalan rencananya memikat kaum milenial. Alih-alih restoran melakukan re-branding sebagai bar yang lekat dengan anak muda, para milenial justru lebih memilih gaya hidup sehat, dengan bahan makanan organik lokal langsung dari pertanian.
Kondisi ini membuat Applebee menutup lebih dari 130 restoran pada akhir tahun lalu, dan mulai kembali ke akar pasar “kelas menengah Amerika”. Tak cuma Applebee, tapi jaringan restoran Buffalo Wild Wings, Ruby Tuesday, Hooters dan TGI’s Friday juga mengalami penurunan penjualan dalam beberapa tahun terakhir.
“Para milenial cenderung lebih tertarik memasak di rumah, memesan layanan delivery, dan makan cepat,”kata CEO Sally Smith Buffalo Wild Wings.
Berlian
Ada apa dengan berlian? Pada bulan Juni 2016, The Economist pernah merilis twit yang menjadi perbincangan netizen: “Why aren’t millennials buying diamonds?” Salah satu respon yang muncul adalah: “Because you can’t live in a diamond or eat a diamond”. Namun, The Economist mencatat bahwa para konsumen muda ini memiliki kesadaran untuk tidak terlibat dalam isu konflik dan eksploitasi bisnis berlian.
Bisa jadi ini menjadi alasan mengapa produsen berlian seperti De Beers dan Tiffanys mengalami penurunan penjualan hingga 11 persen dan 4 persen. Mungkin juga lantaran para milenial ini banyak yang memunda pernikahan, sehingga tak merasa perlu untuk memiliki cincin berlian.
Rumah pribadi
Seiring makin banyaknya milenial yang menunda pernikahan, persentase orang Amerika yang ingin memiliki rumah pun menyentuh titik terendah, dilansir dari Washington Post. Sebagai pasar terbesar, hanya 34 persen milenial yang punya rumah pribadi. Sementara, para pasangan muda yang baru menikah pun lebih memilih fleksibilitas dan mobilitas dengan menyewa, karena kepemilikan rumah dengan sistem DP atau kredit dianggap masih mahal. Survei Apartment List baru-baru ini bahwa sebanyak 24 ribu penyewa, 70 persennya adalah kaum milenial.
Bioskop dan TV kabel
Apakah para milenial benci dengan kesenangan? Mengapa mereka dianggap membunuh TV. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah generasi milenial yang pergi ke bioskop mengalami penurunan, berdasarkan laporan New York Post. Begitu pula, dengan jumlah pelanggan TV kabel yang terus mengalami penurunan. Namun, faktanya hanya perilaku mereka saja yang mengalami pergeseran dalam mengonsumsi hiburan. Sebuah studi dari Anatomy Media menemukan bahwa hanya 31 persen milenial yang masih setia pada acara tv favorit. Namun, konsumsi terhadap tv streaming, seperti Netflix malah meningkat 65 persen.
Sereal
Masih belum puas? Ternyata para milenial juga menghancurkan kebiasaan sarapan nasional yang sekian lama jadi favorit warga AS. Tahun 2016, Los Angeles Times melaporkan bahwa penjualan sereal sarapan menurun menjadi 10,6 miliar dolar, turun 17 persen dari 2009. Beberapa orang mengatakan, jika sereal akan menambah beban (karena sebelum pergi beraktivitas, mereka harus membersihkan dan mencuci piring). Namun, ada pula yang menampik bahwa kemalasan bukan jadi faktor utama, namun karena merasa sereal seperti “dessert” yang kurang cocok dikonsumsi saat orang akan beraktivitas.
Jadi, apakah para milenial ini benar-benar disalahkan atas penurunan performa beberapa industri? Para pakar mengatakan, isu sebenarnya bukan terletak pada milenial yang membunuh industri, melainkan deretan bisnis ini yang tak mampu beradaptasi. Artinya, inovasi perlu dilakukan tanpa henti.
Leave a Reply