Seorang praktisi digital marketing pernah ada yang mencuit seperti ini di media sosial, “Dunia digital itu memang“menggiurkan”, tapi kalau nggak seneng, mending jangan deh”.
Saya pun langsung teringat masa-masa awal gabung dengan sebuah komunitas imers Jakarta. Pemikiran awal tentang bisnis online yang relatif simple, tetiba berasa njelimet ketika saya tahu betapa panjangnya proses yang harus dilalui untuk bisa mencapai hasil sesuai harapan. Bukan cuma harus berkorban energi, pikiran, dan waktu, tapi juga duit. Punya ide bagus tapi nggak ada duit, ya nggak akan kemana-mana juga 🙂
Faktor-faktor yang memengaruhi besar kecilnya pendapatan tentu saja berbeda untuk setiap bisnis. Dalam bisnis online, ada aspek teknis dan non teknis yang sama pentingnya. Aspek teknis, tentu akan mencakup hal-hal seputar teknologi, seperti algoritma, coding, search engine, plugin, atau parameter dalam paid media, seperti cost per click, cost per mile dan sebagainya. Sedangkan, aspek non teknis lebih mencakup hal-hal humanis, seperti konten, target audiens & archetype, maupun desain penawaran.
“Kami di Apple paham bahwa teknologi saja tidak cukup—teknologi yang dikawinkan dengan liberal arts, dikawinkan dengan humaniora-lah, yang hasilnya akan membahagiakan hati kita.”–Steve Jobs-
Salah satu strategi dalam bisnis online adalah blog marketing. Mungkin, kita sudah banyak membaca kisah sukses para blogger yang mampu mendapatkan kunjungan per bulan dengan angka fantastis yang menggiring pada kenaikan pendapatan mereka. Ya, blogging atau vlogging memang jadi salah satu strategi mengeruk keuntungan di era digital, tapi ternyata cara ini tidak bisa bekerja bagi setiap orang.
Banyak blog tidak mampu mendapat kunjungan hingga 100 ribu per bulan, bahkan banyak blog yang tidak bisa mendapat kunjungan 1000 saja per bulan. Bagi blog yang sukses, tak hanya sekedar dibutuhkan motivasi, melainkan juga etika kerja yang tepat. Pada dasarnya, kita perlu tahu apa yang bekerja atau tidak.
Ada yang sekedar melakukannya sebagai hobi, berbagi informasi, dan itu okay. Tapi bagi yang ingin cepat-cepat melakukan monetisasi tanpa disertai pola pikir tepat, maka akan dengan mudah gugur di tengah jalan. Sebelum menyelami dunia digital marketing lebih dalam, ada baiknya kita memahami beberapa kesalahan mendasar berikut:
Tidak fokus membangun daftar kontak
Membangun database dalam bisnis online tentunya menjadi strategi krusial jika tidak ingin sekedar bakar duit. Contohnya saja, Rico Huang yang mampu menjual ribuan eksemplar buku Instagram Marketing dengan omset hampir 700 jutaan dalam 2 minggu kepada puluhan ribu kontak emailnya. Email marketing dengan open click rate mencapai 20 persen cenderung dianggap lebih bekerja dibanding postingan di media sosial. Fokus membangun database, dan jangan terlalu banyak mikir yang bikin ragu. Mulai melangkah untuk bisa dapat minimal 1 pelanggan tiap hari.
Bikin konten, terbit, dan berdoa
Tentu tidak ada yang salah dengan berdoa. Tapi, ada baiknya berdoa sambil usaha 🙂 Banyak orang membuat konten, mempublikasikan di kanalnya, tidak melakukan promosi dalam bentuk apa pun dan berharap mendapat banyak kunjungan?
Jika pendekatan semacam ini, masih dilakukan, tak heran kalau cuma dapat rasa kecewa. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mempromosikan, biasanya lewat media sosial dan email marketing.
Tidak menulis blog secara konsisten
Practice makes perfect. Pepatah jadul yang sampai detik ini masih saya percaya. Tidak ada hasil tanpa konsistensi dan persistensi. Blogging sudah pasti membutuhkan waktu, dari mulai mencari ide, bahan, dan menulisnya. Jika tidak sanggup melakukannya setiap hari, ada baiknya tetapkan waktu dan jadwal, misalnya seminggu minimal 1 artikel atau sebulan 3-4 artikel. Jika jiwa kamu di sini, sekalinya menulis dan mendapat respon, maka kamu pun akan merasa punya tanggung jawab untuk terus melanjutkannya.
Kamu tidak suka menulis blog
Yup, mungkin inilah yang menjadi alasan banyak imers gugur di tengah jalan. Heuheu, emang cari duit dari internet gampang? Membuat blog hanya dijadikan sekedar tugas dan kewajiban tentu tidak akan berdampak panjang. Sebuah konten yang tidak dilatarbelakangi passion akan terasa garing. Orang yang membacanya pun akan merasa jenuh karena tidak mendapat insight apa pun.
Banyak blogger yang bertanya “apa konten yang membuat saya cepat dapat uang?”, namun alangkah lebih baik jika bertanya “Apa konten yang benar-benar ingin saya bagi?”
Buatlah konten dengan topik yang kita sukai. Apa pun konten yang dipilih, tentunya akan butuh waktu untuk benar-benar menghasilkan. Blogger atau content creator yang tetap bertahan adalah mereka yang menikmati pekerjaannya.
===
Blog adalah perangkat yang kuat untuk membangun audiens serta wadah untuk menuangkan passion. Tak heran, jika banyak situs e commerce kini sudah mengembangkan blog yang relevan dengan audiens mereka. Dengan mengetahui apa yang bekerja atau tidak, tentu akan lebih mudah bagi kita untuk mengambil keputusan.
Happy blogging!
Inspired by Marc Guberti blog
Leave a Reply