masalah

3 Elemen Dalam Mendiagnosa Masalah

masalah
sumber: business town

Beberapa waktu lalu, Forum Kebijakan Ketenagakerjaan (FKK) yang menggandeng lembaga penelitian SMERU Institute mengadakan diskusi dan mengemukakan beberapa temuan. Salah satu yang cukup mengejutkan adalah kemampuan lulusan sarjana di Jakarta ternyata setara dengan kemampuan lulusan SMP di Denmark. Lalu, apakah Indonesia benar-benar siap menghadapi industri 4.0 dan kompetisi global?

Kita tak menyangkal banyak data menunjukkan bahwa soft skill memang tengah mengalami permintaan cukup tinggi dewasa ini. Analisa situs jejaring profesional Linkedin, misalnya, menunjukkan bahwa “persuasi/public speaking” menjadi salah satu keterampilan yang paling banyak dipelajari di tahun 2019. Berdasarkan studi tersebut, mempelajari soft skill memang menjadi investasi terbaik bagi karir yang tak pernah lekang oleh waktu.

Namun, pakar ekonomi dan sejarah dari University of Illnois Deirde McCloskey mengatakan, kemampuan persuasi juga tak cukup di tengah perubahan zaman yang begitu cepat. Ia mengatakan, bahwa perubahan pola pikir menjadi magnet baru untuk tetap bertahan bahkan menguasai pasar.

“Tidak ada yang terjadi secara sukarela dalam ekonomi atau masyarakat, sampai ada seseorang yang mengubah pola pikirnya. Perilaku bisa diubah karena paksaan, tapi tidak halnya dengan pola pikir,”kata McCloskey.

Data SMERU juga membagi kecerdasan seseorang menjadi dua bagian yakni, Crystallized Intelligence yang berlandaskan pengetahuan dan Fluid Intelligence yang berlandaskan pemecahan masalah serta kemampuan beradaptasi.

Kedua jenis kemampuan ini juga dibedakan berdasarkan profesi yang dijalankan, seperti para wirausaha yang lebih ditekankan untuk memiliki fluid intelligence, sementara karyawan ditekankan pada crystallized intelligence.

Salah satu aspek dalam pemecahan masalah bagi wirausaha tentu yang berhubungan dengan kebutuhan calon klien atau konsumen. Maka, menjalankan metode yang tepat dalam bertanya dan menggali informasi juga menjadi penting. Berikut adalah beberapa elemen kritikal agar kita atau tim menjadi lebih fokus mengelola keterampilan problem solving:

Ketahui fakta tentang industri

Memiliki informasi mengenai lingkungan di mana kita bekerja, proses yang digunakan, struktur dalam organisasi, perangkat yang dimiliki, bahkan tujuan bisnis menjadi amat penting. Bahkan mengetahui ukuran perusahaan, dan kondisi industri terkait akan membangun konteks di mana lebih mudah menelisik letak masalahnya.

Pahami masalah yang dialami

Jangan hanya terpaku pada apa yang kita pikirkan tentang masalah. Cobalah menyusun pertanyaan untuk diri sendiri tentang proses tahapan juga dapat membantu menemukan masalah sebenarnya. Untuk bisa berhasil menjalankan proses ini, maka dibutuhkan kemampuan berpikir kritisi (critical thinking), mengurai kekusutan jawaban lewat kejernihan pertanyaan.

Ukur dampak dari masalah

Seberapa besar masalah yang ada memengaruhi bisnis, performa tim, produktivitas, pendapatan, atau metrik lainnya? Dengan menerapkan metrik-metrik tertentu terhadap masalah, kita bisa dengan lebih mudah memahami akar masalah serta merumuskan solusi yang tepat. Untuk bisa berhasil dalam proses ini pun kadang kita dituntut untuk memiliki kemampuan creative/lateral thinking atau cara berpikir yang out of the box.

 

Baca juga: Mengapa Design Thinking Itu Penting?


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!